Wednesday, October 14, 2009

Shima Jurujual Kosmetik

Pagi ini aku duduk di depan rumah ketika tiba-tiba lalu di depanku Shima, seorang awek yang bekerja sebagai penjual kosmetik di sebuah supermarket. Ia tersenyum manis melihatku, aku hanya mengangguk saja ketika ia menyapaku. Padahal sebenarnya aku sangat tertarik sekali kepadanya. Shimaa benar-benar awek yang seksi sekali, badannya tidak terlalu tinggi, tetapi kulitnya putih dan montok. Keberaniannya untuk memakai skirt mini membuatku selalu ingin mengetahui apa yang ada di balik skirtnya yang sangat singkat itu. Namun semuanya hanya menjadi lamunanku saja, karena selama ini kami hanya bertegur sapa di jalan saja. Namun saat ini, ketika isteriku tidak di rumah dan keadaan benar-benar sepi, keberanianku mendadak muncul.
Saat itu Shima yang sudah berjalan agak jauh melewati rumahku aku kejar dan aku panggil, dia menoleh. Mulanya dia agak ragu, namun ketika aku memanggilnya lagi, ia segera kembali kepadaku. Di depan pintu pagar ia bertanya sopan.
"Ada apa Yus, kenapa dipanggil".
Aku hanya tersenyum dan membalasnya, "Masuk kerja pukul berapa..., singgah sebentar ".
Saat itu memang dia sudah sangat rapi dan cantik sekali, wajahnya yang putih tidak terlalu kena make up namun masih memancarkan keseksiannya kerana skirt mini serta blouse yang dipakainya. Dia tersenyum dan mengatakan memang dia bertolak agak awal karena nak singgah ke rumah temannya untuk suatu barang.
Aku mempersilakan dia masuk dan dia menurut saja, bahkan dia tanya, "Kak Yani dimana..., sunyi aje..", Aku jawab sambil lewa yang isteriku balik kampung. Kulihat dia hanya mengangguk-angguk saja, kemudian dia aku pelawa duduk di atas sofa di ruang
tamu. "Duduk di sini aje.....selesa sikit, nanti Yus salin pakaian kejap." Dia segera duduk
disofa sambil tangannya mengambil majalah yang ada di situ. Aku jadi agak senang, karena majalah yang diambilnya itu adalah majalah porno yang aku dapat dari luar negeri. Di dalam aku segera mengganti pijamaku dengan kemeja dan seluar pendek tanpa seluar dalam, karena aku berniat memanfaatkan saat ini untuk menikmati tubuhnya yang seksi itu.
Ketika aku keluar, kulihat dia masih asyik memperhatikan majalah porno itu, dari belakang kuperhatikan gambar apa yang menjadi perhatiannya, ternyata gambar awek yang sedang dijilati vaginanya. Dengan bergaya tidak tahu aku segera duduk di depannya.
Shima tertawa menyeringai sambil berkata: "Aduh Yus majalahnya bagus sekali ya". Aku tidak menjawab, tetapi aku hanya tersenyum saja. Aku membuka perbualan dengan menanyakan di mana dia bekerja sebenarnya, lalu produk apa saja yang boleh aku pakai dari perbualan itu aku tahu yang dia bekerja di Sarinah di counter kosmetik mewah untuk lelaki. Dalam sekejap aku sudah menghabiskan RM800 untuk memesan kosmetik daripada dia. Shima sangat senang karena aku begitu boros membelanjakan RMku untuk kosmetik itu, entah disengaja entah tidak, duduknya mulai tidak rapi sehingga pahanya agak renggang. Saat itu aku sekilas melihat seluar dalamnya yang berwarna kuning, penisku terus bergetar karena pemandangan yang indah itu.
Ketika kurasakan sudah cukup aku membuat dia masuk dalam perangkapku, akupun mulai melaksanakan rancangan yang aku plan dari mula lagi. "Shima, kamu suka berenang tak?, Dia menjawab spontan.., suka sekali Yus, kenapa ya? Aku menjawab lagi, "Bukan apa, Yus ada baju renang yang bagus sekali yang Yus beli di Amerika, tetapi Kak yani kau tidak berani memakainya, kamu nak cuba ya?". "Boleh juga Yus, asalkan Kak Yani tidak marah kan?".
Aku segera mengambil pakaian renang yang aku maksudkan itu, memang aku pernah membeli beberapa baju renang yang seksi dan diberikan kepada beberapa teman wanitaku yang berani memakainya, waktu itu aku masih mempunyai beberapa helai dan kupilih yang paling seksi buat Shima. Meskipun pakaian renang ini bukan bikini, tetapi potongannya benar-benar akan membuat tubuh yang memakainya jadi menonjolkan keseksiannya.
Ketika kutunjukkan pada Shima, matanya terbeliak.., "Cantik sekali Yus, tetapi ini pasti mahal sekali harganya".
Aku hanya mengangguk kataku, "Biar mahal kalau yang memakai cantik kan jadi tambah seksi. Kalau Shima tidak keberatan, Yus ingin melihat Shima pakai pakaian renang ini... boleh kan?"
Shima mulanya agak ragu-ragu mendengar tawaranku itu, tetapi akhirnya dia bertanya, dimana saya boleh cuba Yus. Di sana saja di ruang tamu, aku sengaja menunjuk ke dalam ruang tamuku. "Yus tunggu disini ya", katanya. Aku hanya mengangguk dan Shima masuk ke ruang tamuku untuk mencoba pakaian renang itu. Aku menahan diriku untuk tidak masuk ke dalam melihat Shima bersalin, karena aku bimbang dia terlepas dari perangkapku itu. Dengan hati berdebar-debar aku menunggunya keluar, namun ternyata ia tidak kunjung keluar juga.
Tiba-tiba kudengar Shima memanggilku, "Yus, Yus ke sini saja Shima malu keluar". Aku tergesa-gesa masuk ke ruang tamuku. Kulihat pakaian Shima berselerakan di lantai sementara tubuhnya sudah dibalut pakaian renang yang aku berikan itu. Benar-benar sesuai buat Shima, buah dadanya yang besar itu menggantung manja di balik pakaian renang itu dan dari tepi sebagian buah dadanya menyembul keluar. Secara tiba-tiba Shima mengangkat kedua tangannya untuk membetulkan rambutnya yang kusut, saat itu aku melihat kerimbunan bulu ketiaknya. penisku langsung tegak penuh melihat ketiak Shima itu, Tetapi aku masih coba menahan nafsuku dulu, dengan tenang kutarik ia keluar ruang tamuku.
"Di sini lebih jelas Shima, kan pakaian renang memakainya di luar... bukan di dalam". Ia hanya tertawa tetapi menurut saja ketika kutarik itu. Diluar kubiarkan ia berdiri sambil bersandar ditembok sementara mataku menatap keindahan tubuhnya yang hanya dilapisi pakaian renang itu. Ternyata pakaian renang itu tidak dapat menyembunyikan puting susunya yang tampak menonjol itu dan juga potongannya yang berani menyebabkan sebagian bulu kemaluan Shima yang hitam keriting itu keluar di sisi paha tanpa disedari oleh pemiliknya.
Aku tertawa sambil berkata, "Aduh Shima..., bulu cicapmu luar biasa ya..., sampai keluar semua tuh!". Shima agak terkejut dan melihat kearah yang kutunjuk, tangannya berusaha menutupi bagian itu tetapi aku segera mendekatinya dan kupegang bahunya sambil bertanya lagi.
"Memangnya lebat ya Ma... sampai keluar semua".
Shima menjawab biasa saja, "Habis pakaian renangnya sendat jadi bulu tumesti dicukur sedikit barulah tidak keluar semua". Aku jawab kembali, "Cukuplah... tukarlah pakaian tu balik".
Kalau tadi aku tidak mengikuti ketika Shima mencuba pakaian renang, tapi kali ini aku ikut masuk sama dan menunggunya mengganti pakaian. Shima berkata, "Kenapa Yus ikut..., Yus keluar dulu sebab Shima nak salin nih", katanya manja. Aku diam saja,
"Sama saja sama ada Shima telanjang atau pakai pakaian renang nih....Yus sudah dapat
membayangkan bagaimana kalau Shima bogel". Shima memang berani sambil menyeringai dia segera melepas pakaian renang itu semuanya sehingga tubuhnya jadi telanjang bulat. Mataku terbeliak melihat buah dadanya yang montok dan bulu vaginanya yang lebat itu, benar-benar di luar ukuran, super lebat dan cantik sekali.
Aku sudah tak tahan lagi dengan segera aku berdiri dan mendekati Shima, kuramas payudaranya dan kucium bibirnya. Shima hanya pasrah saja, tanpa tunggu arahan lagi seluarku dilepaskan dan kusuruh Shima memegang penisku. Shima langsung menggenggamnya dengan halus, aku yang sudah bernafsu segera menarik Shima pelanpelan ke sofa sambil tetap berciuman dan Shima masih menggenggam penisku. Ketika aku sudah berhasil duduk di sofa, kusuruh Siska duduk di pangkuanku dan kuletakkan penisku di bibir vaginanya. Dengan sekali tekan, penisku masuk ke dalam vagina Shima.
Ternyata Shima memang betul-betul sudah tidak dara, tetapi vaginanya masih terasa ketat..., mungkin masih jarang dipakai. Gerakan pantat Shima cepat sekali naik turun sementara ia mencium dan memelukku erat-erat. Kurasakan hangatnya liang vagina Shima yang masih ketat itu, geseran buah dadanya di dadaku membuatku makin bernafsu. Merasakan ganasnya Shima yang menduduki penisku, aku kuatir kalau aku akan cepat pancut, dengan tergesa gesa kutolak Shima sehingga ia berdiri dan terlepaslah penisku dari lubang vaginanya.
Aku mendudukkan dia di atas sofa dan kuangkat kakinya keatas sehingga membuat vaginanya terkuak lebar dengan bibirnya yang berwarna merah muda sudah mulai berkilat oleh lendir dari vaginanya sendiri. Terus saja lidahku menjilat kelentit Shima yang membengkak seperti kacang tanah itu. Shima menggeliat sambil merintih, bulu vaginanya yang lebat kusisihkan ke tepi sehingga lidahku makin senang menyusuri tepi bibir vagina Shima untuk kemudian lidahku dimasukkan ke liang vaginanya yang ternganga itu. Shima betul-betul tidak tahan dengan jilatanku ini, tangannya meramasramas payudaranya sendiri, sedang mulutnya merintih-rintih.
Ketika kulihat lendir vagina Shima sudah membanjir, aku berdiri untuk segera menyetubuhi Shima, saat itu tiba-tiba saja Shima menangkap penisku dan terus di masukkannya ke dalam mulutnya, dihisapnya penisku kuat kuat. Kuluman Shima tidak
terlalu nikmat, tetapi aku tertegun melihat Shima yang begitu rakus. Aku memuaskan mataku dengan pemandangan yang indah sekali buah dada Siska berjuntai montok dan kenyal sementara bibirnya yang dipulas lipstick tipis mengulum penisku. Tak tahan dengan semua ini segera kucabut penisku dari bibir Shima dan kutolak Shima hingga terbaring, pelan-pelan kuletakkan penisku di bibir vaginanya yang berbulu lebat itu, Shima membantuku dengan menyelakkan bulu vaginanya serta menguakkan vaginanya, pelan-pelan aku menusukkan penisku untuk merasakan liang vagina Shima yang hangat itu sampai akhirnya penisku mencapai dasar vagina Shma. Shima mengangkat kakinya tinggi tinggi dan pantatnya mulai diputar ke kiri dan berganti ke kanan. Aku tidak sempat merojokkan penisku, karena goyangan Siska yang liar itu membuat aku tidak mampu menahan rasa nikmat yang luar biasa ini, aku hanya mampu menghisap puting susunya sementara air maniku menyembur keluar oleh sedotan dan goyangan Shima itu. Aku tahu kalau Shima belum mencapai kepuasan, tetapi aku tidak peduli, yang penting aku puas dan aku sudah membayarnya.
Benar saja, setelah beberapa lama aku terhanyut oleh rasa nikmat yang diberikannya, Shima segera mendorongku dan mengatakan dia mesti pergi segera, dan meminta izin untuk mandi dahulu. Aku hanya mengiakan apa yang diminta Shima, rasanya aku masih terbius oleh semua ini. Satu kalimat yang aku pesankan pada Shima, singgahlah selalu, pasti ada bonus yang menarik untuknya bila selalu membuatku puas seperti pagi ini.

Merogol Isteri Pengurus

Aku bekerja disebuah firma diKL sebagai seorang peon dan Anita adalah
bini kepada bos aku yang menjadi Akauntan disitu. Kerapkali aku selalu
dimaki dan dicerca oleh Amoi Cina ini oleh sebab kesilapan kecil. Aku
juga dilayan seperti kaldai dengan disuruh membeli modes, menyewa tape
blue dll. Suatu hari aku herdik, dimaki dan dipecat kerja oleh pengurusku setelah direpot oleh Anita dan pada ketika itu aku berasa dendam terhadap mereka. Aku kemudian menceritakan dan meminta tolong rakan2 aku yang bersimpati iaitu Halim dan Shuib. Aku mengajukan suatu rancangan yang setujui oleh mereka iaitu untuk merogol Puan Anita. Mereka bersetuju lalu mencuri dan menyalin satu set kunci rumah Anita. Kami menunggu peluang dan ketika yang baik.
Suatu hari bekas pengurusku Mr. Tan telah berangkat keluar negeri. Halim menalipon aku dan beri isyarat. Aku pun terus kerumah Anita yang kosong dan menunggu kepulangannya. Tepat jam 5.30 aku terdengar bunyi kereta masuk dan dari jendela atas aku nampak kereta Anita. Aku bersedia dibalik pintu bersama penutup muka aku. Setiba Anita membuka pintu biliknya aku terus menyekupnya dengan kain cadar dan beliau meronta. Konek aku dah tegang merasa rontaannya. Aku mengikat beliau dan menghempasnya keatas katil sambil melihat kaki dan peha nya terjuntai-juntai. Beliau menjerit, tetapi aku memberi amaran untuk berdiam
jika tidak aku akan toreh beliau dengan pisau, sambil aku mencucuk sedikit dengan pisau rambo aku.
Aku terdengar dia menangis dan merayu jangan diapa-apakan. Lagi buat aku bertambah stim. Geram dan berahi aku membayangi tubuh nyonya ini yang gebu. Aku berbuat lakon dengan menggelidah dan menghempas semua barang dalam biliknya agar disangka aku sebagai pencuri. Kemudian aku mengalih dan mengikat tangannya kebelakang. Oleh kerana
nyonya ini pakai skirt, ternampak panties putihnya terserlah. Aku menekan badan yang tertiarap kebawah dan sebelah tangan aku meramas dan meraba cipap nyonya ini. Dia coba meronta, aku main lagi dan oleh kerana geram, aku merabut dan mengoyak panties nyonya tersebut. Terserlah cipap gebu nyonya ini dan aku terus membuka zip seluar aku dan menghunus batang aku yang 7" kemuka cipap nyonya tersebut. Anita yang meronta
tak dapat melawan nafsu dan badan sasa aku. Aku terus menyula cipapnya yang masih
kering. Dia mengerang aaaghhh....aaaghhh....sakit...sakit...tolong...toloooghh...
jangan apa2kannya. Tapi teringat kepada sikap dia yang keji aku terus menusuk dan menghempap batang aku kedalam puki Anita sepuas-puasnya. Masih ketat juga rupanya. Mungkin pelir laki dia kecil. Anita mula basah selepas 10 minit dan kurang meronta.
Aku mula nak climax....aku terus menghempap sekuat2 yang mungkin dan melepas
kedalam
puki nyonya ini. Anita menangis terisak isak.
Aku belum puas lagi. Teringat kepada rakan2 aku, Aku keluar dan menalipon mereka. Tepat jam 7.15 Halim dan Shuib sampai. Aku ajak mereka bergembira dengan amoi gebu diatas. Kami bertiga mengikat mata Anita. Tangannya diikat kepala katil dan kaki ke
kaki katil. Halim terus menjilat paha Anita sambil Shuib baru membuka zip seluar. Aku naik dan duduk mengangkang atas perut Anita dan mula mengoyak baju Anita hingga
Terpelanting 2, 3 butangnya dan terserlahlah coli hitam nyonya tersebut. Aku terus meramas sekuat-kuat hati tetek nyonya yang bersaiz 32 itu. Aku putuskan colinya dengan pisau aku. Shuib ketawa dan mengusap koneknya. Halim sudah menjilat puki Anita.
Aku mula menyondol batang aku antara dada Anita yang masih geletar. Kemudian aku hisap
tetek Anita yang warna pink itu dan menggigitnya berkali-kali hingga Anita jerit kesakitan. Nasib kami baik rumah dia terpencil. Shuib tidak sabar lalu minta aku ketepi. Dia naik atas dada Anita dan menekan nganga mulut Anita. Tanpa nyonya itu sempat bersuara, dia terus menjunam konek dia kedalam dan sedalam mulut dan kerongkong
Anita. Halim sudah menujah konek dia kedalam puki Anita. Anita dengan mulut yang tersekat, cuba bersuara tetapi tersekat dengan bunyi arghh..arghh.. Aku masih meramas tetek nyonya ini.
10 minit kami menukar posisi. Anita yang hampir lesu, kami lepas dan diterapkan diatas Shuib yang memaku Anita dari bawah. Halim menarik mulut Anita yang terdongah supaya
menghisap batangnya agar kembali tegang. Aku pula meramas punggong Anita. Tapi melihat
air basah mengalir dari cipap Anita yang sedang disula oleh Shuib, Aku teringin nak bedal lubang punggong nyonya ini. Aku terus mengambil krim muka nyonya itu dan lumur
pada batang aku. Kemudian aku terus letak pada lubang jubur Anita. Anita meronta bagai minta jangan dibuat disitu. Aku berahi melihat Shuib memaku puki Anita, Halim menujah
mulut Anita dan aku akan menikam juburnya dengan batang aku. Tak lengah lagi aku terus
menujah dan terus menekan kuat kedalam jubur Anita. Dia meronta dan menjerit, tapi ditujah pula oleh Halim hingga tersekat suara. Hanya bunyi aaa..aaa...argh...shsss..
Kami mengerjakan amoi ni sampai dia pengsan. Setelah bergilir-gilir hingga lewat tengah malam dan terasa penat, kami lepaskan Anita yang sudah pengsan. Sebelum kami balik, aku
mengambil gambar nyonya Anita dan berbagai posing bersama rakan2 aku. Aku puas kerana
dendam aku terbalas. Kami mencuri beberapa barangan dirumah itu dan beredar. Gambar yang
aku tangkap, aku pos kan gambar yang ada air mani dimuka Anita, dicipap dan dada dia ke
pejabat Anita.
Selepas beberapa bulan, Halim dan Shuib menceritakan Anita baru masuk kerja dan kini mula bersikap baikhati dan tidak bercakap kasar lagi. Dia kini asyik menggoda pula, mungkin bekas kena serang 3 konek sekali, dia dah gian.
Enaknya semasa terasa kemutan dan tujahan kejubur Anita. Ketak dan mengoyakkan rasanya.
Padan mukamu Anita.

Isteri Ustaz

Ustaz Halim meminta anaknya yang berusia enam tahun itu menjengok diluar
rumah untuk melihat sama-ada sesiapa yang datang kerumahnya. Bunyi deruan engin lori yang agak kuat diluar seolah ada orang datang kerumahnya.
Setahunya tidak ada pun dia menempah atau meminta sesiapa menghantar barang untuknya. Setelah dia sendiri menjengoknya, barulah dia tahu ada orang yang
akan duduk atau sewa rumah kosong disebelahnya.
" Dah ada orang sewa rumah sebelah tu. Nampaknya benggali pula yang sewa
rumah Che Ibrahim tu " kata ustaz Halim bila ditanya oleh isterinya.
Kesal juga ustaz Halim kerana sepanjang dia menyewa dirumah itu, belum ada lagi jiran-jiran terdekatnya orang melayu. Kesemuanya berbangsa asing.
Didepan dan disebelahnya kesemuanya bangsa cina.
" Apa khabar Ustaz ". Ustaz Halim menjengok keluar bila terdengar namanya dipanggil. Seorang lelaki yang lebih kurang sebaya dengannya telah tercegat dan tersenyum kearahnya dimuka pintu. Rupa-rupanya penghuni baru yang
akan menyewa disebelah rumahnya yang datang. Terkejut juga Ustaz Halim kerana sebelum ini jiran-jirannya yang lain yang berbangsa asing itu
tidak pernah datang kerumahnya.
Setelah lelaki tersebut memperkenalkan diri barulah Ustaz Halim tahu bahawa yang menyewa rumah itu adalah sepasang suami isteri berbangsa benggali.Walaupun lelaki tersebut tidak memakai sarban, Ustaz Halim tahu yang dia adalah berbangsa benggali, kerana beberapa orang keluarganya yang
datang sama adalah memakai sarban diatas kepalanya. Hanya lelaki yang ingin menyewa rumah itu saja yang tak memakai sarban..
Setelah beberapa hari benggali itu tinggal disitu barulah Ustaz Halim merasa lega. Didapatinya Jagjit Singh baik orangnya dan tahu menghormati dia sekeluarga yang berbangsa melayu. Isterinya Susmita Kaur juga ramah orangnya, walaupun cakapnya agak pelat, tidak seperti suaminya yang
begitu fasih berbahasa melayu. Jagjit juga tidak memelihara anjing
seperti jiran cinanya yang lain. Jadi bila Jangjit mengajak mereka sekeluarga bertandang kerumahnya, tidaklah menjadi masaalah bagi Ustaz Halim sekeluarga.
" Milah, pergilah bertandang kerumah sebelah tu. Tak ada salahnya kita berbuat baik kepada jiran walaupun dia berbangsa asing dan beragama
lain. Kebaikan kita adalah mencerminkan kebaikan agama kita " kata Ustaz Halim
menasihati isterinya. Setelah beberapa bulan berjiran, hubungan Milah
dan Susmita begitu baik sekali. Oleh kerana mereka sama-sama tidak bekerja dan saling hurmat >menghurmati antara satu sama lain, hubungan mereka berjalan dengan baik. Malah mereka juga saling menghulurkan apa saja makanan. Susmita juga selalu memberitahu kepada Milah bahawa dia tidak makan makanan yang diharamkan
oleh Islam. Dia juga tidak makan babi. Begitu juga dengan suaminya, Jagjit. Susmita juga lebih suka dengan masakan melayu, jadi dia selalu meminta Milah mengajarnya. Pendek kata, bila saja ada masa terluang atau ketika anaknya ke
tadika, Milah akan berkunjung kerumah Susmita. Apatah lagi sekarang ini Susmita telah mengandong, kadang-kadang dia banyak bertanya dan meminta nasihat dari Milah. Milah sendiri bukannya tahu sangat, tapi
pengalamannya ketika mengandungkan anaknya itu dapat dikongsinya dengan Susmita.
Walaupun ketika Jagjit ada dirumah, Milah tak rasa kekok untuk berbual-bual dengan Susmita. Tambah-tambah lagi Jagjit pandai mengusiknya dan agak kelakar juga.
Tapi yang Milah terpesona ialah dengan ketampanan Jagjit. Rupa paras Jagjit tak ubah seperti D.J. Dave, penyanyi pujaannya semasa anak dara dulu.
Bukan saja Milah yang selalu berkunjung kerumah Susmita malah Ustaz Halim juga suka berbual-bual dengan Jagjit. Tambah lagi Jagjit cukup pandai berbual. Pasal agama Islam pun dia banyak tahu, maklumlah dia dulunya bersekolah melayu dan berkawan dengan budak melayu. Jagjit sendiri pula tidak ada amalan agama, tapi keluarganya beragama Keristian. " Jagjit tu nampaknya tertarik juga dengan Islam. Semasa saya berbual-bual dengannya, banyak yang dia tahu tentang Islam. Kalau kita pandai dan berbuat baik dengannya, mungkin kita dapat tariknya menganut Islam " kata Ustaz Halim ketika berehat dan berbual-bual dengan isterinya.
Sejak akhir-akhir ini Milah rasa satu kelainan ketika dia berada
dirumah Susmita, terutama ketika suaminya Jagjit ada bersama. Jagjit yang selalu berseluar pendek dan tak berbaju itu kadang-kadang membuatkan dia geli melihatnya. Tubuhnya yang sasa dan dadanya yang bidang serta ditumbuhi
bulu-bulu itu agak menyeramkannya. Tambahan pula Jagjit sekarang sering memerhatikannya. Dalam kekerapan Jagjit memerhatikan dirinya begitu, perasaan bangga Milah datang juga dalam dirinya. Dia yang sudah beranak satu
itu, dapat juga menarik perhatian lelaki setampan Jagjit, fikir Milah dalam hati. Pernah pada suatu hari Milah sedang mangajar Susmita
membuat kueh karipap. Jagjit yang kebetulan ada dirumah telah ikut sama memerhatikan
cara-cara membuat kueh karipap. Dan dalam berbual sambil membuat kueh ketika itu, Milah telah bertanya kepada Jagjit, kueh apakah yang disukainya. Lalu dengan selamba sambil tersenyum Jagjit menjawab yang dia sangat suka makan " apam melayu ". Milah berubah mukanya tiba-tiba bila mendengar jawapan tersebut kerana Milah faham sangat bila disebut
" apam ". Tapi Milah tak tahu sama ada Susmita faham atau tidak maksud " apam " yang dikatakan oleh
suaminya itu. Tapi Milah pasti maksud " apam " yang dikatakan oleh Jagjit itu adalah kemaluan perempuan. Yang lebih tak sedap lagi dihati Milah ialah bila Jagjit
kata " apam melayu ". Mungkinkah Jagjit maksudkan yang dia suka pada
>kemaluannya ?, fikir Milah dalam hatinya. Bulu romanya mula berdiri.. Bukan itu saja yang membuatkan Milah seram, malah pada suatu malam, ketika Susmita mengajak keluarganya makan malam bersama-sama. Kebetulan pula
malam itu suaminya tidak dapat bersama kerana ada kelas tambahan, jadi hanya dia dan anaknya saja kerumah Susmita. Semasa makan Milah duduk dihadapan Jagjit. Anaknya duduk disebelahnya dan Susmita pula duduk disebelah Jagjit. Ketika Susmita bangkit menuju kedapur untuk tambah makanan, Milah terasa kakinya disentuh-sentuh. Dia ingatkan ada kucing atau lain-lain binatang peliharaan, tapi bila dia menjengok kebawah
meja, didapatinya kaki Jagjit yang
menyentuh-yentuh kaki dan betisnya. Lalu dia mengalih kakinya kebelakang. Tapi selepas itu, walaupun Susmita ada bersama, Milah terasa kaki dan betisnya disentuh lagi walaupun sudah dijauhkannya. Milah begitu serba salah. Nak bangkit dan bertukar tempat dengan anaknya, takut Susmita
perasan atau bertanya kenapa dia tukar tempat. Bagi Milah, dia tidak ingin Susmita mengentahui akan perkara ini. Ia bimbang akan terjadi perkelahian pula diantara mereka suami isteri. Dia memang menghurmati Susmita selama ini. Jadi nak tak nak Milah terpaksa bertahan dan membiarkan saja kaki
Jagjit menyentuh-yentuh betisnya. Tapi rupanya tidak betis saja yang disentuhnya, malah kaki Jagjit semakin keatas dan sudah menyentuh pada pahanya pula.Dari rasa geli menjadi bertambah geli lagi. Dan dari bertambah geli, Milah mula
terasa lain macam pula. Naluri wanitanya mula datang, maklumlah bila betis dan pahanya disentuh-sentuh begitu. Suaminya Ustaz Halim tidak pernah pun mengusik-usik dibetis dan pahanya begitu. Yang suaminya sentiasa sentuh ialah pada buah dadanya dan terus pada kemaluannya. Milah pun tidak tahu bahawa betis dan pahanya itu akan memberikan rasa nikmat bila diusik-usik dan disentuh begitu. Milah semakin serbasalah. Dan akhirnya dia cepat-cepat menghabiskan makanannya, lalu bangkit dari kerusi dan menuju kedapur.
" Eh.. tambah lagi. Makanan banyak lagi kat dapur tu " kata Susmita
pada Milah. Tapi Milah segera menjawab bahawa dia sudah kenyang. Walhal kalau dikirakan dia masih ingin menambah lagi. Semenjak malam itu Milah agak takut untuk kerumah Susmita ketika Jagjit ada. Tapi Susmita pula
yang selalu sangat mengajaknya, tak kira suaminya ada dirumah ataupun tidak. Kerana memikirkan pada Susmita, Milah pergi
juga. Dia tidak ingin mengecilkan hati Susmita yang sangat baik
kepadanya itu. Dia juga tidak ingin Susmita mengesyaki apa-apa dan tak ingin menunjukkan perubahan pada dirinya. Milah tahu yang Susmita tidak mengentahui akan kegatalan suaminya itu. Dan bila mereka sama-sama berada dimeja makan, Milah cuba mengelak untuk duduk berhadapan dengan Jagjit lagi. Kalau Jagjit hendak perhati dan renung dirinya,
biarkanlah. Bukannya mendatangkan kerugian apa-apa pada dirinya. Ustaz Halim terpaksa menghadiri kursus kaunseling yang dianjurkan oleh Kementerian Pendidikan. Kursus yang akan diadakan di Pantai Timur itu memakan masa selama sebulan. Ustaz Halim menyedari bahawa dengan ketiadaannya dirumah, agak susah sikit bagi isterinya jika memerlukan apa-apa keperluan rumah. Kalau sekadar lauk dan sayur tu memang ada yang datang menjaja dihadapan rumahnya, tapi kalau lain-lain keperluan terpaksalah kebandar. Walau bagaimana pun Ustaz Halim meminta isterinya menumpang Susmita jirannya itu jika kebetulan dia dan suaminya hendak kebandar. Ataupun kirim saja kepada mereka. Bagi Milah, kalau tidak kerana anaknya bersekolah tadika, lebih baik dia balik kampong selama sebulan itu. Tapi kerana anaknya terpaksalah dia tinggal dirumah
sewanya ini.
Setelah dua minggu Ustaz Halim menghadiri kursus, baru kali ini Milah akan kebandar. Susmita yang mengajaknya menemani beliau. Kata Susmita, dia ingin membeli pakaian bayi yang bakal dilahirkan itu. Lagipun pada minggu depan Susmita akan balik kekampongnya. Dia akan melahirkan anak sulongnya itu dirumah keluarganya dikampong. Walaupun jangkaan doktor lebih kurang dua minggu lagi, tapi doktor menasihatkan supaya balik
awal kerana kebiasaannya kelahiran berlaku lebih awal dari yang dijangkakan. Susmita yang akan balik kampong besok pagi telah bersungguh-sungguh meminta Milah menemaninya. Kata Susmita, kalau berlaku apa-apa ditengah jalan nanti, bolehlah juga dia meminta tolong Milah. Nak harapkan suaminya, memang mereka berdua tak tahu apa-apa. Maklumlah mereka baru kali ini menempuh keadaan begini. Baru anak pertama. Kata Susmita, kalau Milah tak nak bermalam pun tak apa, Milah boleh terus balik pada petangnya kerana memang suaminya akan balik pada petang itu juga disebabkan dia tak dapat cuti. Mila agak serba salah
juga. Tapi tak sampai hati juga dia untuk menghampakan
Susmita. Dan setelah Milah menalipon suaminya untuk meminta izin, dan suaminya membenarkannya, Milah telah memberikan kesanggupan. Pukul 9.00 pagi Milah dan anaknya bertolak bersama-sama Susmita dan suaminya untuk
menghantar Susmita. Tengahari baru mereka sampai dirumah keluarga Susmita. Milah merasa terharu dengan penerimaan keluarga Susmita. Patutlah Susmita peramah dan baik, kerana keluarganya juga memang begitu. Keluarga Susmita membeli makanan dikedai untuk dijamu kepadanya kerana bimbang dia tidak memakan masakan mereka. Milah juga agak kembang hidungnya bila
dipuji oleh Susmita didepan keluarganya. Pada sebelah petang Susmita telah meminta keluarganya memasak kueh-kueh
makanan orang benggali. Dia ingin agar Milah mencuba bagaimana rasanya kueh tradisional mereka. Dam bila Milah cuba didapatinya sedap juga
kueh tradisional mereka.
" Orang melayu pun, kalau dah rasa kueh benggali, pasti nak lagi " kata Jagjit suami Susmita ketika mereka semua sedang makan. Dan sekali lagi Milah berdegup jantungnya bila mendengar kata-kata Jagjit itu. Dalam
hati Milah berkata bahawa Jagjit ni tak habis-habis dengan gatalnya.
Milah tahu sangat yang Jagjit tujukan kata-kata tersebut ditujukan kepadanya. Dari air muka dan senyumannya pun Milah sudah dapat membacanya. Pukul 8.00 malam Milah bertolak balik kerumahnya. Susmita beberapa kali telah meminta Milah datang lagi kerumahnya. Dan Milah memberi jaminan bahawa dia akan datang lagi bila Susmita melahirkan anaknya nanti. Milah duduk ditempat duduk belakang. Dia telah meminta anaknya duduk dikerusi hadapan
disebelah Jagjit. Bukannya apa-apa kerana ada juga perasaan bimbangnya, manalah tahu Jagjit mengambil kesempatan menghulurkan tangannya untuk merabanya nanti. Semasa isterinya ada bersama pun Jagjit boleh mengambil kesempatan menghulurkan kakinya dibawah meja, inikan pula hanya dia dua beranak saja. Setelah sampai dipertengahan jalan, anak Milah telah mula mengantok. Kepalanya terhoyong-hayang kekiri kekanan. Seringkali kepalanya terhantok pada pintu kereta. Jagjit memberhentikan kereta. Dia mencadangkan agar
anak Milah dibaringkan ditempat duduk belakang. Tempat duduk hadapan sememangnya tidak dapat direbahkan kerana rosak. Kata Jagjit dia bimbang anak Milah akan terlintok kearahnya dan terkena stering dan tentu akan membahayakan.
Dan Jagjit sendiri yang menolong mengangkat anak Milah yang lena itu. Dan oleh kerana anaknya telah baring ditempat duduk belakang maka terpaksalah Milah duduk dikerusi hadapan. Yang ditakuti dan dibimbangkan oleh Milah memang benar terjadi. Setelah beberapa lama perjalanan Milah terkejut bila tiba-tiba sebelah tangan Jagjit berada diatas pahanya.Milah cuba menepis dan mengalihkan tangan yang dipenuhi bulu-bulu itu, tapi Jagjit lebih kuat darinya. Untuk ditepis dengan lebih kuat lagi, Milah bimbang kerana Jagjit hanya memandu dengan sebelah tangan saja. Manalah tahu steringnya akan terbabas pula nanti. Milah cuba untuk menjerit, tapi tak jadi bila teringatkan
anaknya yang sedang lena dibelakang. Milah bimbang bila anaknya terjaga dan melihat tangan Jagjit diatas pahanya, pasti anaknya akan beritahu
pada suaminya dan sudah tentulah akan kecoh keseluruhannya. Mungkin juga suaminya nanti menganggap yang
dia sendiri sememangnya gatal. Atau pun mungkin berlaku pergaduhan bahkan mungkin hingga kemahkamah dan sebagainya. Dan bagi Milah yang pastinya dia yang akan mendapat malu nanti. Jadi nak tak nak, Milah
cuba bertahan dan
menenangkan keadaan. Tangan Jagjit dipegangnya supaya hanya berada setakat diatas pahanya saja, tidak bergerak kebahagian-bahagian lain. Walaupun tangan Jagjit tidak bergerak dan hanya terpekap dipahanya saja, tapi jari-jari Jagjit bergerak juga. Kulit paha Milah
digaru-garunya
perlahan-lahan. Dan cara Jagjit mengaru-garu inilah yang membuatkan Milah terasa geli. Walaupun pahanya ditutupi kain baju kurung tapi kegeliannya terasa juga. Dan tanpa Milah sedari kegelian itu telah membuatkan bulu romanya mula berdiri dan naluri nafsunya mula datang. Milah yang sudah beberapa minggu tidak menikmati hubungan sex itu agak cepat terangsang. Tangannya yang mengawal tangan Jagjit tadi sudah mula semakin longgar menyebabkan tangan dan jari-jari Jagjit semakin bebas bergerak. Milah bertambah geli bila tangan Jagjit menyentuh pada celah kangkangnya.
Apa lagi Jagjit telah mengusap-usap perlahan celah kangkangnya itu. Dia dengan sendirinya mula semakin tersandar pada kerusi dan membiarkan saja tangan Jagjit untuk terus mengusap-usap dicelah tersebut. Bukan setakat
itu saja, malah Milah juga sudah membiarkan saja walaupun dirasanya tangan Jagjit mula menyingkat kainnya keatas. Dan selepas itu Milah terasa tangan Jagjit menyelinap masuk kebawah kainnya pula. Milah bertambah khayal bila bersentuh dengan tidak berlapikkan lagi itu. Apa lagi jari-jari Jagjit mula menyelinap masuk kebawah seluar dalamnya pula. Dan tanpa disedarinya juga yang dia sendiri sudah membuka kangkangnya. Milah terkejut bila kereta Jagjit terhenti. Rupa-rupanya mereka sudah sampai kerumah. Kereta Jagjit sudah sudah pun berhenti dibawah porch rumah Jagjit.
Ketika ini hanya dua tiga buah rumah yang masih cerah. Yang lainnya sudah gelap, mungkin telah tidur. Maklumlah jam sudah menunjukkan pukul 12.00 tengah malam. Milah yang tengah syok tadi membetulkan kain baju kurungnya yang disingkat oleh Jagjit lalu turun dari kereka. Dia
sebenarnya masih khayal lagi dengan kenikmatan sebentar tadi. Dan Milah seakan-akan menyesal kenapa begitu cepat
sampai kerumah. Milah cuba mengejutkan anaknya yang masih lena dengan nyenyaknya untuk balik kerumahnya, tapi Jagjit mengatakan tak apalah, biar dia tolong dukong dan angkatkan anaknya itu untuk hantar kerumahnya. Milah hanya mencapai bag yang dibawanya dan keluar dari
perkarangan rumah Jagjit
untuk masuk kerumahnya. Jagjit yang mendukong anaknya mengekori dari belakang. Anaknya yang mungkin keletihan itu masih terus lena. Milah telah meminta Jagjit meletakkan anaknya didalam bilik tidurnya.
Memang ada satu katil kecil dibilik itu yang khusus untuk anaknya. Dan dikatil itulah Jagjit membaringkan anaknya. Setelah Jagjit membaringkan anaknya, Milah membongkok mengambil selimut untuk diselimut anaknya itu. Tapi sekali
lagi Milah terkejut bila Jagjit telah meraba punggongnya. Tapi Milah sudah tidak lagi menepis tangan itu. Dia yang tidak puas merasa syok
tadi, seakan-akan ingin merasanya lagi. Semakin punggongnya diraba-raba begitu, semakin syok dan nikmat lagi. Dan didalam keadaan nikmat begitu Milah
tidak sedar yang dia hanya menurut saja bila Jagjit meminpinnya menuju kekatilnya. Milah merasa begitu cepat Jagjit menerkam kepadanya. Telinga dan tengkoknya terus dicium oleh Jagjit. Tangan Jagjit pula merayap-rayap pada dadanya dengan sesekali buah dadanya diramas-ramas olehnya. Milah yang semakin nikmat ini telah membiarkan saja Jagjit membuka baju kurungnya. Tudung yang dipakainya telah lama tercampak entah kemana. Dan sekejap saja tubuhnya sebelah atas telah terdedah kesemuanya. Inilah pertama kali tubuh Milah terdedah begitu. Suaminya tidak pernah mendedahkan begitu, sebaliknya ditutupnya dengan kain selimut. Malah ketika melakukan hubungan sex dengan suaminya, Milah tidak pernah dalam keadaan bogel. Suaminya mengatakan tidak
boleh berbogel kerana iblis akan melihatnya sama. Jadi mereka melakukannya dalam kain selimut. Milah semakin kelemasan bila Jagjit telah mengucup dan mencium pada
dadanya. Dan dia seakan-akan meraung kenikmatan bila kedua buah dadanya dihisap bergilir-gilir oleh Jagjit. Putting buah dadanya seringkali
digigit-gigit perlahan. Dan inilah pertama kali dirasanya yang buah
dadanya dihisap begitu. Suaminya hanya meramas-ramasnya sahaja. Barulah Milah tahu
betapa nikmatnya dia bila kedua-dua buah dadanya dihisap begitu. Selain dari itu Milah juga terasa geli bila dadanya tersentuh dengan dada
Jagjit yang berbulu itu. Entah bila Jagjit membuka bajunya, Milah tidak perasan. Tahu-tahu dada mereka sama-sama terdedah. Milah tidak menyangka yangJagjit terus mencium dan mengucupnya semakin kebawah lagi. Dari buah dadanya, mulut dan lidah Jagjit terus mencium dan
>menjilat-jilat pada perutnya. Kemudian turun lagi hingga kepusatnya dan akhirnya Jagjit mengucup dan mencium pada seluar dalamnya. Milah seakan-akan ingin bertempek kenikmatan bila seluar dalamnya dikucup dan dicium oleh
Jagjit. Dan dalam keadaan dia tengah khayal begitulah, dia merasa Jagjit telah menanggalkan kain baju kurungnya. Kemudian Jagjit telah menanggalkan pula seluar dalamnya. Milah yang dalam keadaan nikmat
begitu sudah tidak kesah lagi walaupun dirinya telah bogel kesemuanya. Suara Milah semakin kuat merengek bila Jagjit mula mencium dan menjilat
pada kemaluannya. Milah sudah tidak malu lagi untuk membuka kangkangnya. Milah sudah lupa segalanya. Dan Milah akhirnya mendengus dengan kuat bila Jagjit mengulum kelentitnya. Dia mengelepar mencapai kepuasannya yang pertama. Jagjit masih menjilat-jilat kemaluan Milah. Lidahnya sentiasa berlegar-legar pada sekeliling bibir kemaluan dengan sesekali dijelirnya masuk kedalam lubang kemaluan Milah. Kelentit Milah menjadi kemerahan dikucup dan dikulum olehnya membuatkan Milah yang telah mencapai kepuasan pertama tadi
datang ghairah semula. Bagi Milah tidak ada tandingnya kenikmatan yang dirasainya bila kelentitnya itu dikulum oleh Jagjit. Lalu Milah
memegang kepala Jagjit agar kelentitnya itu terus dikulum-kulum begitu. Milah yang telah ghairah kali kedua seakan-akan tidak sabar untuk merasa nikmat yang seterusnya. Dia memerhatikan kearah seluar dalam Jagjit. Dia begitu ingin supaya benda yang ada didalam seluar dalam itu menerjah masuk kedalam kemaluannya. Dan bila Jagjit melurutkan seluar dalamnya
kebawah, Milah dapat melihat betapa besar dan panjangnya konek Jagjit. Dan Milah cuba membayangkan betapa nikmatnya bila konek itu menerjah masuk kedalam kemaluannya. Milah mengangkangkan kakinya lebar-lebar supaya Jagjit terus memasukkan koneknya. Tapi Jagjit masih lagi mengesel-geselkan kepala koneknya dicelah kemaluannya saja. Milah begitu tidak sabar untuk merasa konek yang besar
dan panjang itu. Tapi tidak lama kemudian Milah mula merasa yang kemaluannya mula dimasuki oleh konek Jagjit. Seakan ingin terkoyak rasanya lubang kemaluannya untuk menerima kemasukan konek tersebut. Dan tanpa disedari Milah terbeliak matanya bila Jagjit terus
menjunamkannya. Milah dapat merasa yang kepala konek Jagjit telah sampai kedasarnya. Milah sudah tidak menghiraukan keadaan sekeliling. Dia terus meraung dan merengek-rengek bila Jagjit menghenjutkan punggongnya. Konek Jagjit yang
besar dan panjang itu keluar masuk seolah-oleh mengorek-ngorek lubang kemaluannya. Milah terasa dirinya seperti diawang-awangan. Jagjit juga sudah tidak menghiraukan rengetan Milah lagi. Dia terus menghenjutnya semakin
aju, dan laju . Dan laju . Dan akhirnya Jagjit mencabut koneknya lalu dilepaskan air maninya dan terpancut pada pusat, perut dan dada Milah. Jagjit juga sudah mendengus-dengus dan berdesis-desis mulutnya seperti orang kepedasan. Mungkin dia begitu nikmat ketika air maninya terpancut itu.
Jagjit memakai semula pakaiannya. Dia ingin segera balik kerumahnya. Kalau anak Milah terjaga nanti buruk padahnya. Milah yang masih terkangkang dan terlentang dikatil diperhatikannya sekali lagi.
Tercapai sudah hajatnya untuk merasa apam melayu. Dan memang Jagjit
cukup puas hati dengan kemaluan Milah. Dia dapat merasa betapa kuatnya kemutan dan cengkaman kemaluan Milah.

Ina VS Mr.Philips

Ini cerita benar yang berlaku pada aku. Nama aku Ina, berumur 23 tahun. Peristiwa ni berlaku masa aku kerja dekat KL dulu. Company aku tu banyak expatriate Mat Saleh,
handsome-handsome kau......banyak le member aku yang gatal nak tackle dia orang.
Sebenarnya aku tak minat orang putih ni, maklumlah aku dah ada Pak We masa tu. Tapi, ada satu Mat Saleh ni Mr Phillip (bukan nama sebenar) minat sangat dekat aku. Dia ni
umur aku rasa dah 40 lebih tapi kelihatan macam baru 30 tahun....handsome nak
mampus, tinggi lebih kurang 6 kaki, slim dan athletic. Aku tau Phillip ni dah kahwin sebab kat dalam office dia ada gambar anak bini dia, tapi aku dengar dia tak bawak famili dia dekat Malaysia. Jadi...miang lah tu, nak merasa apam Malaysia lah katakan. Aku ni bukan lah nak brag, tapi aku ni pun boleh tahan juga, ramai orang kata aku cute, boleh tahan tinggi untuk orang Malaysia (5 kaki 6), ramai le pak we yang tergila-gila kat aku tapi aku tak kisah pada kecantikkan diri, apa yang penting adalah budi pekerti, betul
tak.......
Berbalik pada cerita aku, setiap hujung minggu selalu lah lepak dekat Disco kat KL ni ikut Pak We aku, ada satu tempat ni Mr Phillip selalu pergi. Kalau ada Pak We aku, dia cuma tegur dan belanja minum aje, tapi satu minggu tu, aku keluar dengan member housemate aku (Pak We aku outstation), aku pergi lah tempat yg Mr Phillipselalu pergi ni
secara tak sengaja.....sebab niat aku bukan nak ngorat dia (sumpah1) tapi tak sengaja.
Seperti biasa Mr Phillip ada disitu, malam tu bila Pak We aku tak ada bukan main miang lagi si Phillip ni, bukan aje setakat ajak menari tapi tangan dia jugak menari seluruh badan aku, naik geli gelaman aku dibuat nya...tapi bila dah banyak minum (orang belanja lah katakan) aku pun tak berapa kisah...malah aku mula pulak naik steam. Satu kali masa slow dance, Phillip tiba-tiba mengucup bibir aku, naik terkejut dibuat je...aku tanya dia "Why?" Dia kata "Because I like you very-very much". Tak perlu nak cakap lagi malam itu Phillip invite nak hantar aku pulang, bila dah mabuk aku ya saje lah si noni kawan serumah aku tu aku suruh balik dengan member dia. Dalam Mercedes kepunyaan si Phillip pun mula lah merayap, tangan pegang stereng, sebelah lagi seluruh peha aku di
raba...masa tu aku dah steam betul dah, seluar dalam aku dah mula basah..............jadi bila
dia invite aku for a "night cap" kat kondo dia, aku pun accept aje le.....lupa kat Pak We
aku masa tu.
Sampai di kondo, si Phillip ni sikit punya gentelman, tak macam Pak We aku. Dia pasang
music, bagi aku minum lagi lepas tu perlahan berkata "I really like you Ina....I want to
enjoy you tonight" Naik seram bulu roma aku Mat Saleh ni cakap macam ni, ye lah aku tak pernah experience dengan Mat Saleh, seks aku cuma limited pada Pak We aku aje lah. Balik cerita, mula-mula si Phillip cium bibir aku, aku pun kulum aje lah lidah dia.
Phillip ni sikit punya experince over ...............dia punya cium aje aku dah mula
mengerang.. kemudian bila tangan dia mula buka baju dan seluar aku, terus surrender
beb......seluar dalam aku jangan cakap lah macam mana punya basah.Aku ingat dia nak
lanyak aku atas sofa tu, tapi aku heran dia tak bukak seluar dalam aku ......sebaliknya dia
angkat aku perlahan-lahan masuk bilik...kuat si Phillip ni. Atas katil, dia mula lah guna mulut dia "explore" badan aku, start dari mulut, ke tenguk, ke buah dada aku...bila dia
hisap puting aku, terpancut air keluar dari cipap aku.........satu perkara yang aku tak
pernah experience dengan pakwe aku. Dari puting, turun ke pusat, turun ke seluar dalam aku yang dah "banjir". Masa tu aku dah mula merengek "please, Mr Phillip" tapi aku tenguk dia tak pun buka seluar dalam aku, sebalik nya dia sembamkan muka dia dekat situ, naik basah muka si Phillip. Dari cipap aku (yg masih berseluar) Phillip turun ke
peha, tapi aku dah tak tahan dah.....aku sendiri yang lorotkan seluar aku turun. Si Phillip
yang masih berpakaian, relax dan cool aje buka baju dan seluar dia.......bila aku tenguk
zakar dia...terkejut you punya lah besar, aku rasa panjang ada 9 inchi, lebar dia aku tak tau lah tapi bila aku gengam tangan aku ngam-ngam aje. Mula-mula aku panik
jugak.....mampus aku ni...besar sangat!!!!! Tapi oleh kerana si Phillip ni gentle lover dan
aku masa tu dah tak tahan lagi ....peduli apa. Bila sehelai pakaian pun dah tak ada kat
badan aku dan Phillip, mula lah pengalaman "Oral Sex" yang tak pernah aku experience dan tak akan aku lupakan. Mula-mula dia kangkang peha kaki aku (sempat taruh bantal bawah punggung). Bila mulut dan lidah Phillip hinggap pada biji aku, terpancut lagi air keluar dari cipap aku.
Biji aku tu di jilatnya, di lapah nya dan entah apa lagi di buat nya. Perkara yang sama di lakukan pada cipap aku. Masa tu aku bukan lagi merengek, dah mula meraung macam orang mati emak.
Air dari cipap aku dah mula mengalir tururn sampai ke ponggong, sampai basah bantal bawa punggung aku tu lah. Si Phillip ni...bila dia lihat punggung aku dah basah, dia tolak kedua kaki aku naik ke atas supaya punggung aku terangkat sikit lepas tu di lapah nye air
yang bertakung kat lubang bontot aku. Aku punye lah tak tahan..........aku menjerit
"Please Phillip, please stop, not there". Lidah Phillip mula pulak berlegar kat lubang
bontot aku, di jilat nya you....suka benar si Phillip ni dekat aku!!!! Dari lubang bontot,
lidah Phillip naik semula ke cipap aku, kemudian turun balik ke bawah. Mula-mula aku
rasa jijik juga dengan perangai si Phillip ni, tapi masa tu aku dah gian habiss....dunia pun
dah tak tentu di buat nya.Kemudian Phillip, mula masukkan satu jari kedalam cipap aku, di cucuk nya cipap aku dengan jari nya, keluar-masuk, keluar-masuk, sekali lagi air aku terpancut keluar. Dari satu jari di tambah dua. Dengan dua jari dalam cipap aku, lidah
Phillip concentrate kat lubang bontot aku...............aku punya lah menjerit, syok betul
you..........
Kemudian Phillip, pusingkan badan aku meniarap........sempat dia taruh bantal bawa peha
aku supaya bontot aku ternaik sikit ke atas............experience si Phillip ni. Secara
perlahan Phillip berbisik kat telinga aku " Spread your ass cheek please" Mula mula aku tak paham apa yg dia nak, tapi bila tangan dia sendiri yang tekan punggung aku, baru aku
tau maksud dia...... dia nak_____lubang bontot aku (pengotor betul Mat Saleh ni). Bila
Phillip sembamkan muka dia ke ponggong aku, lidah dia cuba meneroka masuk ke dalam dubur aku!!!! Ini yang aku katakan pengalaman baru! Aku mula nya tak bagi dia masuk, gila ade, rasa jijik pun ade, tapi bila berulang kali Phillip membisik "Relax Ina, relax" aku pun relax, last-last terasa hujung lidah dia dalam bontot aku. Lubang dubur aku ni cute
(kecik), tapi bila di kerjakan lidah si Phillip, terus expand you........bila dia jolok satu jari
terus, masuk sampai aku naik seronok pulak.
Lebih kurang 45 minit (aku agak je) dia kerjakan cipap dan punggung aku, Phillip mula offer batang dia pada aku. Mula-mula aku geli ada, takut pun ade sebab dah le besar, tak
bersunat pulak tu. Tapi bila Phillip, pusingkan badan aku untuk 69 dan dia mula attack balik cipap aku, aku pun nyonyok aje le. Agak nye Phillip tau aku tak ade experience dalam hal-hal hisap menghisap ni sebab dia secara tiba-tiba bangun dan hulur batang dia yang besar tu kat mulut aku dan seakan mengajar aku meghisap je. Mula-mula aku geli
juga, tapi lepas tu aku naik syok hisap batang besar ni........... aku rasa banyak juga air dia
keluar, tak tau lah air apa, air mazi ke, air mani ke, aku telan aje le.............. Aku rasa si
Phillip ni betul-betul sukakan pada aku.
Bila time dia nak masukkan kan batang yang besar tu dalam nonok aku, sempat dia
berbisik " Are you on protection?" Aku kata no...... sempat dia taruh condom, padahal
aku tak kisah pun. Mula-mula dia "main" aku cara tradisional, aku kat bawah, dia di atas. Batang dia belum masuk lagi (baru kat luar faraj) aku dah terpancut lagi... memang berair cipap aku jadi bila batang 9 inci masuk tak ada problem. Mula-mula si Phillip punya stroke ni slow sambil tu puting aku di ramas nye. Lama kelamaan stroke si Phillip bertambah laju, sampai bergegar katil di buat nya. Aku masa tu dah mula meraung
macam orang dah lama tak kena main.... risau juga aku jiran kondo sebelah terbangun,
bukan ape takut dia talipon pencegah maksiat. Badan Phillip ni berbulu habis, bila
tersentuh badan aku, syok habis you...........
Aku tak tau lah berapa lama aku kena "main" dengan si Mat Saleh ni sebab masa tu aku berada dalam alam lain, yang aku ingat posisi badan aku mula-mula atas katil, tiba-tiba aku rasa kepala aku dah tergelungsur ke bawah, kaki aku kat atas. Masa tu aku lupa pada
Pak We aku, pada segala-gala nye....hebat betul si Phillip ni, kalau compare dengan Pak
We aku memang dia nowhere. Aku tak tahu lah berapa kali air aku dah terpancut, sampai dah tak boleh kira lagi, cipap aku bukan lagi erair malah berbuih di buatnya, raungan aku pun aku dah tak ingat, yang aku ingat betapa lazat nye batang "giant" si Phillip ni dalam cipap aku, di jelajah nye seluruh pelusuk cipap aku yang tak pernah di jelajah oleh batang
kenit Pak we aku tu............to go where no penis has gone before.....macam cerita star trek
lak... Masa tu walaupun aircond bedroom si Phillip tu "on", badan aku berpeluh-peluh, mengalahkan peluh hari-hari pergi jogging. Tak tau lah berapa lama aku berada di bawah Phillip, tiba-tiba dia berbaring dan suruh aku duduk atas batang giant dia tu.
Pada masa aku di atas, dia di bawah, habis tangan si philip merayap dekat punggung
aku.......... sambil aku menunggang kuda putih yang hebat ni, aku terasa jari si Philip
mengorek-mengorek lubang dubur aku......suka benar si Phillip ni dengan bontot aku,
naik seram bulu tenguk aku............Aku tak tau lah berapa lama berada dalam posisi tu,
sebab secara tiba-tiba Philipp, memusing kan badan aku meniarap, aku ingat dia nak "main" cara doggy style tapi tidak...tiba-tiba dia sembamkan muka dia ke punggung aku
sambil berkata "Ina...you have a nice ass"............tak tau akulah Mat Saleh ni, lain pulak
yang dia minat. Lama lidah dia teroka kat situ. Kemudian dia suruh aku tonggeng, aku
naik takut sebab aku ingat dia nak tala lubang bontot aku.....aku cakap pada dia "No,
Phillip, not there, please......" Nasib baik dia tau aku takut kalau tak, rabak bontot aku
dikerjakan. Philip continue cara "tradisional" sehingga lah aku tersa air mani dia terpancut dalam cipap aku. Tak pernah aku rasa pancutan yang sekuat itu, sampai tersentak aku di buatnya, banyak air dia jangan cakap lah, sampai meleleh keluar dari cipap aku.
Sejak hari tu, tak betul aku di buat nye. Si Philip hari-hari ajak aku keluar.... nak tu
memang nak tapi aku takut ada affair dengan manager company aku kerja ni.... malu
mana nak taruh muka. Kebetulan beberapa hari lepas tu aku punya birthday, office mate
aku buat small function.........aku tenguk tak pasal-pasal si Phillip pun ada. Lepas function
tu, dia bisik dekat telinga aku, "Ina...I want to give you a special birthday present" Dia ajak aku keluar malam tu, aku accept aje lah. Aku tahu apa dia nak bagi present dekat aku (seks bontot lah). Si Phillip ni memang pengemar seks bontot, kalau tak takkan dia sikit punya jilat lubang bontot aku. Masa aku menunggu Mercedes Phillip malam itu, hati aku
berdebar.........excited ade, takut pun ade......
Setelah menunggu agak lama, aku jadi resah. Jadi ke Mat Salleh ni, tanya hatiku, entah entah dia tengah berhenjut dengan Minah mana agaknya tanya hati ku. Mood aku mula hilang you, baik baik aku dah bayangkan yang dingin terus cair. Kurang ajar punya Mat Salleh. Mat mat motor dengan Bohsia pulak masa tu lalu lalang depan aku siap pandang pandang. Apa dia ingat aku ni GRO ke!!!
Memanglah masa tu aku berpakaian agak seksi - bukan apa saja aje nak tunjuk kat Mr Philipp tu yang gadis KL bukan haprak. Untuk pengetahuan, aku malam tu memang seksi
habis.. baju see-tru, singkat habis....dan yang lebih real,,,,aku tak pakai underwear sebab
saje aje nak bagi suprise pada Mr Philip (Mr Philipp) Pak We aku tak ada kat KL masa tu...dia pergi Johor sebab ada kerja..aku pun bukan percaya sangat kat lelaki ni sebab
mana lah tau cakap dia ...kerja, entah entah sedang mengorek....
Setelah aku hampir boring dan dah bercadang nak balik aje...tiba tiba lampu kereta Mercedes...muncul dalam renyai hujan..si Mr Philip tu muka selamba aje..aku bengang habis..dah lah lama kita tunggu dia...dia pulak boleh senyum aje... "Hai, Ina, sorry for waiting me...I'am stuck in the jam since it was raining..." Kata dia. Aku pulak bila nampak Mr Philip ni terus cair...sebab dia ni memang Handsome..boleh cair semua Mak
we yang tengok dia...."Its OK kata aku walaupun dalam hati menyumpah..."Where shall
we go after this....?"" "Its up to you, If I am not mistaken, you said that we will attend a
party in your friend house?"" "Lets change our earlier planned" What is your idea? "For me I'll leave it to you... OK lets have a Candle Light Dinner and after that you're mine Bila aku dengar Candle Light dinner,,macam nak rak dibuatnya sebab sepanjang aku dengan Pak We aku, sekali pun tak pernah dia bawak aku pergi Candle Light dinner..
Kami pun ke sebuah hotel 5 star makan dinner...Best nya tak pernah aku rasa seromantik
ni. Mat Salleh ni memang mengoda habis...semua orang pandang pada kami.... Aku rasa
macam Princess malam tu... Selepas makan....apalagi kami pun ke Apartment Mr Philip,
dekat Ampang... Siap security guard you.....ketat betul...orang luar kalau nak
masuk...banyak soalnya..tapi Mr Philip-no problem sebab dia duduk kat situ... Sampai didalam rumahnya Mr Philip, macam biasa lah bukak CD..main lagu lagu klasikal...bawa
red wine satu botol....dan dua gelas... Apa lagi sambil minum kami berdansa...sungguh
indah..
Dalam berdansa tu tangan Mr Philip ni tak boleh diam..asyik nak meraba aje.......aku rela
you sebab sejak kat hotel lagi aku punya cipap tu dah berair...sebab tengok Mr Philip aje
aku dah stim habis....Dalam kereta kali ni dia pulak yang suruh aku raba batang dia yang
besar dan panjang tu..aku gengam kuat kuat..rasa nya macam nak kulum kat situ jugak
sebab tak tahan.... sambil menari kami minum dengan banyaknya..aku dah hilang
pertimbangan...aku rasa badan aku ringan betul..mana taknya dah berapa gelas aku minum aku pun tak ingat..yang Mr Philip ni pulak asyik tuang aje...dia aku ingat minum tak lah banyak mungkin sebab dia control tak mahu mabuk takut takut nanti dia
flat..sebab dah banyak minum langsung terlepas....
Sedar-sedar aku rasa tangan dia dah merayap kat seluruh tubuh aku, zip baju aku entah apa hal tiba tiba dah terbukak. Apa lagi Mr Philip terus menjamah tetek aku yang comel tapi agak besar juga..tegang beb ..bukan lembik ye..tolong sikit...aku stim gila masa tu...air cipap aku dah mula meleleh...apa taknya tempat sensitif kena raba..."Oh...my
god..you are really make me feel so good...." Oh...fuck me now....."Aku tak sedar
perkataan itu yang terkeluar dari mulut aku sebab tak tahan lagi kena romen dengan lidah
Mr Philip tu....Mr Philip bila tengok aku dah naked....dia pun terus bukak pakaian
dia....aku tengok dalam separuh sedar...yang batang dia dah mula tegang....aku jadi tak
tentu...aku terus memainkan peranan aku....tanpa disuruh ditepi sofa tu juga aku kulum
batang dia.....mulut aku penuh.... nak muntah pun ada sebab aku rasa air Mr Philip dah
mula meleleh...tapi sedap punya pasal aku kulum juga...aku nak tengok Mat Salleh ni
tahan ke tidak....tapi aku tengok dia ni real aje, relaks tapi aku tahu dia pun tak tahan juga
bila lidah aku bermain dicelah celah kepala dia yang besar tu....bila susasana bertambah
panas...kami pun kebilik tidurnya... Class you bilik dia siap dengan balcony dan pemandangan nya yang indah...kami tak tutup pun sliding door tu sebab tak
sempat...mampuslah kalau ada orang teropong...dapat tengok free show..agaknya....
Atas katil...aku ditonggengkan... aku takut sebab batang dia tu dah lah besar panjang
pulak tu....koyak pulak cipap aku nanti...tapi Mr Philip memang gentle...dia pujuk
aku...air aku dah meleleh dibuatnya..Mr Philip pulak rakus betul..habis dijilatnya lubang aku...biji aku digigitnya...menjerit aku tapi sedap you... perlahan lahan dia masukkan batang dia yang sembilan inci tu dalam lubang dubur aku...aku punyalah meraung...tuhan
aje yang tahu.. entah entah security guard kat bawah tu pun dengar.. sakitnya.....tapi bila
stroke Mr Philip dah mula lancar aku merasakan kenikmatan yang tak aku duga.......tak
pernah aku rasa sedapnya. patutlah bila aku tengok blue film...asyik bantai bontot
aje,,,aku pun heran apa sedapnya...rupanya memang class....aku suruh Mr Philip
terlentang dan aku henjut dia dari atas sambil meramas puting tetek ku yang mula kembang... makin lama makin...pantas, sedap air aku dah basah untuk keberapa kali aku
pun tak tahu...lubang cipap aku dijolk oleh tangan Mr Philip....biji aku dah
terjelir....setelh posisi tu kami laku kan aku disuruh terlentang dan Mr Philip buat posisi
69.. cipap aku diratahnya sampai...berair air...aku pulak aktif memainkan lidah aku mengulum batanag "Giant" Mr Philip..aku rasa sedap pulak besar besar ni...kalau Pak We
aku punya tu ....kecil aje..tak berapa power..... baru dua kali henjut dah muntah....
lepas 69 aku dibawa ketepi balcony...sambil berdiri disitu aku dihenjut dari belakang...aku risau sebab takut orang nampak..tapi Mr Philip kata jangan takut...sebab dia yakin yang tak ada orang masa tu, pukul 2.00 pagi..mana ada orang... kami main
disitu, didapur, atas sofa, dalam store..habis dibawaknya aku...tak berapa kali aku dah
klimaks aku pun tak tahu....
last sekali kami main dalam bilik air...bilik air dia semuanya cermin...macam bilik air
orang ROME....aku ditenggekkan atas sink , apa lagi dia pun henjut aku macam tak
pernah dapat cipap...agaknya dia teringatkan bini dia ke atau makwe dia ,ke ...aku pulak
menjerit kesedapan "Oh!!! Fuck me, fuck me....I like it...." bila agaknya setelah hampir
dua jam setengah kami beraksi...dia dah tak tahan lagi...kali ni Mr Philip tak pakai
kondom sebab aku tak mahu dia pakai.. tak best.....
dia pun melepaskan klimaks dia diseluruh tubuh aku, muka aku kuyup dengan air dia,
aku jilat air mani nya...telan pun aku buat.....tetek aku aku gosokkan dengan air mani Mat
Salleh ni....oh begitu indah rasanya...pengalaman yang tak akan aku lupakan....dalam
hidup aku.....aku mengenal erti main yang sebenarnya.....

Kak Imah

Pengalaman pertama aku bersama perempuan berlaku kira-kira 7 tahun lalu. Pada waktu itu aku mula bekerja kilang. Oleh kerana rumah aku yang jauh dari tempat kerja maka aku dengan 2 orang kawan lagi menyewa bilik atas sebuah rumah. Bahagian bawah rumah didiami oleh sepasang suami isteri iaitu Abang Leh dengan Kak Imah.
walupun mereka telah lama berkahwin tapi masih tak mempunyai anak. Abang Leh umurnya lebih kurang 35 tahun dan Kak Imah pula dalam 32 tahun, kedua-dua mereka juga bekerja kilang jadi kadang-kadang hanya salah seorang sahaja yang ada dirumah tambahan pula Abang Leh suka kerja lebih masa jadi selalunya tinggal Kak Imah seorang dirumah.
Kak Imah memang seorang wanita yang cantik dan baik, selalunya dia akan memakai baju yang bersopan walaupun dia tak memakai tudung. Oleh kerana bilik air hanya ada satu dirumah itu maka kami terpaksa berkongsi antara kami berlima.Selalunya saya seorang saja yang ada kat rumah sebab
dua orang kawan saya tu selalu keluar dengan awek.
Memang lumrah orang muda suka mengendap, pada satu malam saya terdengar suara Kak Imah memanggil suaminya. "Bangg dah dekat sebulan kita tak buat tu". Keghairahan aku pun meningkat bila terdengar suara Abang Leh menjawap" Bang letih la Imah besok la kita buat". Kemudian terdengar suara Kak Imah semacam merayu kepada suaminya"Abang tidur Imah buatkan" Dari celah-celah rekahan kayu lantai rumah aku lihat Kak Imah memegang batang Abang Leh yang masih lembik dan memasukkan kedalam mulutnya, hampir 5 minit aku lihat batang Abang Leh hanya menegang sedikit sedangkan batang aku memang keras macam besi.
Dalam samar-samar itu aku lihat Kak Imah bangun dan melondehkan kain batiknya dan aku lihat punggungnya masih bulat dan pejal. Semasa dia merangkak naik
keatas Abang Leh aku nampak rekahan vagina Kak Imah yang kemerah-merahan, berderau darah aku melihatnya.Selepas itu aku lihat Kak Imah bertenggek di atas batang Abang Leh, aku lihat Kak Imah memegang batang Abang Leh dan memasukkannya kedalam lubang vaginanya tetapi tak berjaya kerana batang Abang Leh yang tak menegang sepenuhnya, tapi setelah berkali-kali mencuba akhirnya batang Abang Leh masuk dalam lubang Kak Imah. Kak Imah menggoyang-goyangkan punggungnya supaya batang Abang Leh bergerak dalam lubang vaginanya.
Tak sampai 5 minit aku terdengar suara Abang Leh mengerang sambil tangannya meramas-ramas punggung Kak Lina "Imah abang nak terpancut ni" Cepatnya fikir hatiku, aku kalau melancap pun dekat 15 minit kalau main dengan Kak Imah boleh tahan 1/2 jam ni. Aku memang ingin melancap masa itu juga tapi fikir-fikir elok melancap dalam bilik air.Tetapi niat aku terhenti seketika apabila aku lihat Kak Imah bangun dari atas Abang Leh dan terus kebilik air. Setelah menunggu hampir 1/2 jam baru aku lihat Kak Imah kembali kedalam biliknya dengan muka yang ceria, mungkin Kak Imah melancap kot fikir hatiku tapi sekarang aku mesti ke
bilik air kalau tidak terpancut air mani aku atas katil.
Sampai dalam bilik air aku menarik seluar pendek aku kebawah dan sambil berdiri aku mengurut-ngurut batangku yang panjang nya hampir 8 inci dan hampir sebesar lengan, kepala batangku licin dan kemerah-merahan apa yang aku bayangkan masa itu hanyalah rekahan vagina Kak Imah. Setelah hampir 15 minit melancapkan batangku aku tersentak apabila pintu bilik air ditolak orang "Kak Imah" suaraku semacam tersekat Kak Imah tercegat didepan mataku. Kak Imah semacam terpegun melihat batangku yang kemas berada dalam genggamanku. Aku lihat mata Kak Imah tertumpu pada batangku yang panjang dan keras itu. Sifat malu semakin berkurang pada diriku dan aku memberanikan diri pergi kearah Kak Imah.
Masa aku hampir denganya mata kami berdua saling berpandangan, aku memegang tangan Kak Imah dan meletakannya pada batangku yang sangat
keras itu. Memang seperti yang dijangkakan Kak Imah terus mengurut-ngurut batangku dan memasukkannya kedalam mulutnya. Inilah pertama kali batangku dihisap oleh seorang perempuan. Kak Imah memang sangat ghairah ketika itu bukan saja batangku yang dihisapnya tapi buah zakarku juga. Semasa Kak Imah
meneruskan kerja-kerja hisapannya, aku menarik kain batiknya dan menampakkan punggungnya yang bulat dan pejal itu. Tanganku terus mengusap-usap rekahan vaginanya yang basah itu.
Sedang aku asyik mengusap-ucap biji kelentit Kak Imah dia memandang aku dan berkata "Wan, kita bersatu sekarang Wan, nanti takut Abang Leh terjaga pula" Aku memandang Kak Imah dan mengangguk tanda setuju. Kak Imah berbaring atas lantai bilik air dan mengankangkan kedua-dua pahanya yang gebu itu. Kak Imah bertanya "Wan pernah tak buat seks". Aku mengelengkan kepala."Tak pa akak ajarkan, naik atas akak. Aku berada atas Kak Imah yang telanjang bulat, aku dapat lihat jelas tubuhnya yang putih dan bentuk badan yang sangat mengiurkan, buah dadanya sederhana besar tapi masih tegang, tapi itu tak penting sekarang. Kak Imah memegang batangku dan meletakkanya kepala batangku diatas rekahan vaginanya dan mengarahkan aku menekan batangku perlahan-lahan kedalam
lubang vaginanya.
"Wan tekan sikit sampai masuk kepala" dlm suara yang penuh keghairahan Kak Imah mengerang "mmmhhhmmm sedap Wan sedap tekan lagi sampai habis". Aku terus menekan batangku ke dasar vagina Kak Imah, terasa kehangatan lubang
vagina Kak Imah dan juga air vagina. Dengan arahan Kak Imah supaya aku menutuhnya dengan kuat aku terus menarik dan menekan batangku kedalam lubang vagina Kak Imah sepantas yang mungkin. Hampir 25 minit berdayung akhirnya aku memancutkan air maniku kedalam rahim Kak Imah. Selepas peristiwa itu aku selalu mengadakan hubungan seks dengan Kak Imah hampir setiap hari.
Sekarang dia telah mempunyai 3 orang anak hasil dari hubungan kami, tetapi semua anak
itu berbinkan Abang Leh dan hubungan mereka suami isteri pun sangat baik sekarang dan Abang Leh tak pernah mensyaki apa-apa. Walaupun aku telah berkahwin sekarang tetapi dalam sebulan sekurang-kurangnya 2 kali aku akan ke rumah Kak Imah dan selalunya kami akan bersetubuh 2 kali pancut, dan kadang-kadang didepan anak-anaknya. Kak Imah memang pandai memuaskan nafsu aku.

Kisah Hanim

Aku sudah berkahwin dan mempunyai seorang cahaya mata....... pengalaman aku macam
ni....... Tiap-tiap cuti hujung minggu ia selalu berkunjung kerumahku. Setiap kali ia
datang....... wife aku selalu ada dirumah. Selang beberapa minggu..... ia datang seorang
kerumahku....... wife aku tak ada dirumah....... pulang ke tanah besar kerana ada urusan.
Aku sudah lama mengidam tubuhnya....... tetapi tak ada peluang untuk mendekatinya.
Mana-mana lelaki yang tengok dia pasti geram....... kerana bentuk tubuhnya yang
mengiurkan dan montok.
Masuklah Hanim apa yang hendak ditakutkan, kataku lagi. Tak nak masuklah pasal Mak
su tak ada....... kalau nak balik nanti Pak Su hantar....... pujukku lagi. Ia masuk
kerumahku dan menghempas ponggongnya di sofa....... mengadap kekaca TV. Dia
menonton filem Maria mariana 11. Aku cadangkan kepada dia menonton satu....... filem
yang ia belum pernah tengok....... ia menerima cadanganku.
Tanpa membuang masa....... aku menayangkan sebuah filem sex Jepun....... mengandungi
jalan cerita. Aku biarkan Hanim menonton seorang diri....... kali ini perangkapku pasti
mengena. Ia begitu asyik maksyuk menonton tayangan yang belum pernah di
lihatnya....... sampai tak sedar aku duduk di sebelahnya. Mulutnya terbuka sedikit....... dia
tak duduk diam, ponggongnya bergerak ke kiri dan kanan.
Aku tarik tubuhnya disampingku....... Hanim tak membantah....... dan mengikut saja.
Aaiikkkkk....... boleh ni....... tanpa membuang masa, aku memeluk dan mencium pipinya
yang putih gebu. Warna kulitnya putih kuning, tubuhnya taklah sebesar mana....... dengan
aku tingginya cuma paras bahu aku saja. Hanim gementar dan tekejut dengan tindakanku
yang sangat berani....... ia menarik pipinya yang gebu. Apa cara sekalipun aku mesti
mendapatkan tubuhnya juga....... sekiranya aku melepaskan peluang ini orang lain akan
menidurinya dulu. Kebanyakan rakan-rakanku yang datang kerumahku....... ingin
meniduri dan mengecapi tubuhnya yang montok dan mongel itu.
"EEeehhhhh....... PPpaakkk SSssuuu ni beraninya......., "Hanim memandangku dengan
muka yang merah padam. "Biasalah......., "jawabku selamba.
Aku memeluknya kembali dengan kemas....... sambil ku mengulum bibirnya yang nipis
dan kecil....... jemariku meramas-ramas gunung pejalnya disebalik baju kebayanya.
Umurnya baru menjangkau 18 tahun. Dengan tindakanku yang berani....... aku kucup
bibirnya dengan rakus....... sambil jemari tanganku meramas gunung pejalnya. Aku
kulum lidahnya dan kusedut dalam-dalam....... Hanim memejamkan kedua matanya dan
mulutnya sedikit terbuka. Hanim terasa macam ada satu aliran elektrik yamg menjalar ketubuhnya.
"Macamana....... Hanim......., "tanyaku sambil menahan gelora nafsu. "PPpaakk
SSsuuu......., "bisik Hanim perlahan, kelihatan ketakutan.
Aku kucup semula bibirnya....... namun dengan cepat dia menolak tubuhku dan
melepaskan lingkaran lenganku ditengkoknya. Aku memeluknya dari belakang dengan
kemas....... sambil lidahku menjilat tengkoknya, tanganku merayap-rayap menyelusup
masuk kedalam baju kebayanya. Aku meramas-ramas gunung pejal yang masih ditutup
colinya. Jari jemariku gementar menahan gelora nafsu....... aku meramas-ramas disegenap
tubuhnya....... ia tidak berdaya menolak tubuhku lagi. Aku pusingkan mukanya mengadap
mukaku....... aku terus mencium bibir dan mengulum lidahnya dengan ganas, sementara
tanganku meramas-ramas ponggongnya.
Hanim mengeliat kelemasan "AAAaahhhhhh....... PPPaakkkk SSSsuuu......., "Hanim
merintih perlahan penuh nikmat.
Aku senyum sendirian....... aku menang dalam pertarungan untuk menaikkan nafsu
syahwatnya. Jari jemari tanganku yang berada di celah pehanya....... kumainkan perana
dengan lebih lancar lagi. Hanim menjerit kecil dan mengeluh perlahan.
"OOoohhh....... PPppaakkk SSsuuuuuuu......., "Bisiknya perlahan.
Aku mengangkat tubuh yang montok....... masuk kekamar tidurku, aku terlentangkan
tubuhnya....... sambil mulutku mengulum bibirnya. Aku menindih tubuhnya yang montok
dengan perlahan....... tanganku lengkapkan pada bukit cicapnya. Jemari tanganku mula
merayap dari pangkal peha, hingga menyelunsuri baju kebayanya dan berhenti di dua buah gunung yang pejal. Jemari tanganku meramas-ramas kedua buah dadanya dengan puas. Aku merapatkan bibirku kebibirnya sambil mengulum lidahnya. Mulutnya menjerit kecil penuh dengan nikmat.
Batang zakarku terus mendesak untuk keluar mencari sarangnya. Aku buka baju dan
seluar serta seluar dalamku dihadapan Hanim....... ia terkejut melihat batang zakarku.
Selama ini ia hanya melihat batang zakar adiknya yang masih kecil....... dia memejamkan
matanya kerana malu.
Aku tak peduli....... yang penting bagi aku, kenikmatan dan keseronokan berasmara
dengan seorang gadis....... aku peluk Hanim dengan kemas, sementara dadaku menindih
dua buah gunung yang pejal. Aku mengesel batangku kebukit cicapnya yang masih
dibaluti kain sarung dan seluar dalamnya. Aku mengulum mulutnya....... sambil jari
jemariku membuka baju kebaya serta colinya....... tersergam indah buah dadanya yang
sebesar putik kelapa. Aku sembamkan mukaku di alur buah dadanya, ketika tanganku
meramas-ramas....... sambil mulutku mainkan ujung putingnya. Selang beberapa ketika,
aku membuka kancing kain sarung....... sambil melurut seluar dalamnya juga. Ku
benamkan mulutku dialur cicapnya....... ketika lidahku bermain dibatu permata
kesayangannya. Jari antuku jurulkan masuk kedalam cicapnya yang sempit....... Hanim
mengeliat kelazatan.
"MMMmmmmmm....... PPpppakkkkk SSSsssuuuuuuu......., "Hanim mendesah tak
keruan, kedua belah tangannya meramas kain cadar dengan kuat.
Aku semakin ganas seperti harimau lapar yang akan menerkam mangsanya....... Kuramas
dan kujilat kedua belah bukit pejalnya secara berganti-ganti....... Hanim berteriak kecil.
Aku terus meramas buah dadanya....... Hanim mengeliat kiri dan kanan.
Setelah cukup puas lidah dan mulut ku megomol dan meramas buah dadanya. Aku sembamkan mukaku kecicapnya bagi kali kedua, sambil tanganku meramas-ramas
ponggongnya....... Hanim mengepit kedua belah kakinya kekepalaku tanda
membantah....... tindakanku yang ganas terhadap cicapnya. Aku membuka
kelangkangnya luas-luas....... mulutku bebas bergerak....... Hanim mengerang kecil
keenakan.
"MMmmmm....... PPpppaakkkkkk Ssuuuuuuuu....... aaauuuwwwwww.............
hhggggghhhh......., "Hanim mengerang lazat.
Mungkin tak daya menahan nikmat yang ku hasilkan pada cicapnya. Namun tiba-tiba
Hanim menjerit....... dengan suara yang perlahan....... Hanim meminta kepadaku, supaya
aku cepat memasukan zakarku kedalam cicapnya....... aku tersenyum puas. Hanim
mengeluh manja menghayati nikmat syurga....... kali pertama ia merasakan bersetubuh
bersama seorang lelaki. Jemari tanganku mengarah batang zakarku....... yang sudah tidak
sabar....... ingin masuk dan merangut daranya. Aku acukan zakarku dipermukaan
cicapnya....... perlahan-lahan
"OOuuuhhhhh....... PPppakkk Sssuuuu....... ssakkiittt......., " Hanim memekik dan
mengeliat kesakitan.
Aku kesian kepada dia....... namun aku tetap meneruskan hajatku hingga tercapai. Aku
kulum bibirnya, sambilku meramas-ramas buah dadanya dengan lembut....... akhirnya
aku berjaya melupakan kesakitannya dan menukar kepada kesedapan serta kelazatan.
Tanpa membuang masa aku....... terus menekan batang zakarku.......
chhhrrrrrreeeeeeeesssssss....... terkoyak selaput kegadisannya.
"AAAaaaauuuuuuuuwwwwwwwwww....... hhhhhiiikkksss....... hhiikkks.......
hukkkhuuuukkk....... hhhuuuhhh......., "Hanim menjerit keras dan menangis teresak-esak.
Aku mententeramkan dirinya....... sambil kugoyangkan ponggongku perlahan-lahan.......
kukulum bibir dan kuhisap lidahnya, aku ramas-ramas kedua belah buah dadanya, aku
gomol gunung pejalnya selisih berganti....... mendesah-desah Hanim kegelian dan nikmat
kesedapan. Aku terus membenam batangku hingga kedasar....... sampai kemulut
rahimnya. Kulihat liang cicap kembang kuncup menahan asakan batangku....... Hanim
merintih kesakitan, ketika batangku menyelinap masuk kedalam cicapnya. Kemutannya
begitu kuat seakan meramas batangku. Aku tolak dan tarik batangku separuh saja....... aku
sorong dan tarik berkali-kali batangku dalam liang cicapnya yang sempit....... Hanim
merintih kembali. Ketika Hanim sedang leka....... aku mengambil kesempatan sekali lagi
dengan membenamkan seluruh batangku kedalam cicapnya.
"Sssaakkkkkk....... ooohhhh....... sssseeddappnyyaaaaaa....... PPPakkkkk.......
Sssuuuuuuu......., "erangnya perlahan, perkataan sakit sudah bertukar menjadi sedap.
Aku senyum sendirian buat kali kedua....... Bagi diri Hanim itulah pertama kali mengenal
erti persetubuhan dan sex. Aku teruskan dengan tarik menarik batangku....... Hanim
merintih kenikmatan dan kelazatan.
"AAaaaahhhhh....... PPpppaakkk SSsssssuuu......., "erangnya membuatku terangsang.
Sambil itu aku kulum bibirnya....... nafasnya mendesah-desah....... Hanim memelukku
dengan kedua belah kaki diapit ke ponggongku....... aku menikmati tubuh montoknya.
Kuramas buah dadanya berulang kali....... sambil aku menyorong tarik zakarku ke dalam
cicapnya....... aku lihat Hanim memejamkan mata........ mulutnya terbuka....... aku rasa tak
tertahan....... nikmat dan kepuasan....... Hanim menjerit kecil nyilu dan penuh nikmat.......
ia mula merasakan permainan tanpa pengadil.
"OOOooouuuuwwwwwwwwww....... PPpppppaaakkkk SSSSSsssuuuu....... Niimmm.......
niiiimmmm....... sssseedddappnnyaaaa......., "Hanim kembali mengerang nikmat tak
terucap olehnya. "AAAaaarrrggghhgghh....... Pppppaaaaakkkkkkk Suuuuuu.......
sseeedddaaappnya aaaaa....... Suuuu......., "erangnya lagi.
Kubiarkan Hanim melepaskan klimaksnya....... yang entah kebeberapa kali....... ku
rendamkan batang zakarku....... mata Hanim terpejam rapat....... aku terus berdayung dan
berdayung dalam kehangatan air pekatnya....... semakin lama semakin laju. Akhirnya aku
menyerah kalah....... aku benamkan seluruh batangku ke dalam cicapnya....... melepaskan
rasa nikmat yang tidak terhingga....... "AAAaarrggghhhhhh" tubuhku mengejang,
melepaskan tembakan air maniku ke dalam liang cicapnya, hingga membanjiri kawasan
luarnya. Aku meraung keras....... melepaskan rasa penat leleh selama 3 jam aku bertarung
dengan Hanim.
"OOOOOooouuuuggghhgghhhhh....... PPPaakkkk SSssuuuuu......., "Hanim mendesah
melepaskan klimaksnya. "HHHhhhhhgggghhhhggghh....... Haaaa.......
nniiimmmmmm....... hhhgggrrkkk....... ooooouuuugggghhhh......., "erangku sambil
mengomoli tubuh montoknya.
Aku bangga kerana aku berjaya meniduri seorang gadis yang aku idam selama ini.......
masih dara lagi. Sebelum aku menghantar Hanim pulang ke tempat penginapannya.......
aku mengambil kesempatan menidurinya melebihi daripada 4 kali....... sehingga Hanim
tak mampu menahan asakan dariku.......
Aku telah berjanji akan membawa....... Hanim bersiar-siar dengan kapal mewah
kepunyaan rakanku, Hamzah namanya. Aku dan Hamzah adalah rakan karib....... semasa
menuntut di Institut kemahiran di Alor Setar Kedah. Hamzah juga sudah berkahwin.......
mempunyai dua orang cahaya mata. Usia kami hampir sama dalam lingkungan 30 an.
Pada hari yang telah dijanjikan....... aku mengambil Hanim di kolejnya....... Hamzah
menunggu di kapal mewahnya. Setibanya kami di sana....... Hamzah sudah siap dengan
peralatan untuk belayar.
"Ni kawan Pak Su......., "Kataku sambil tersenyum.
"Hello....... saya Hamzah......., "Mereka bersalaman, Hamzah meramas-ramas tangan
Hanim penuh makna.
Hamzah sudah tahu segalanya mengenai Hanim yang sudah aku tiduri. Dari banyak
rakan-rakanku Hamzah....... salah seorang dari mereka meminati tubuh Hanim. Dia
mengucapkan tahniah kerana berjaya, memiliki tubuh Hanim juga akhirnya. Kami
membawa Hanim belayar kebeberapa buah pulau....... mencari tempat yang sesuai untuk
berlabuh.
Dalam perjalanan, Hamzah menayangkan filem sex Jepun....... Hamzah menarik tangan
Hanim untuk menonton bersamanya. Hanim tunduk malu......., setelah kerja aku selesai di
dek kapal, aku datang dan duduk di sebelah Hanim....... sekarang Hanim duduk di antara
aku dan Hamzah....... di atas sofa panjang, sambil menonton cerita sex.
Pelan-pelan aku melingkari lenganku di tengkuk Hanim....... sambil tanganku mengusap
gusap pehanya. Aku cium pipinya sebelah kanan....... sementara Hamzah mencium
pipinya di sebelah kiri, jemari kami sama-sama bertindak meramas-ramas gunung
pejalnya. Dia cuba menolak tubuh kami berdua....... tetapi Hamzah lebih cepat bertindak,
dengan mencium bibir dan mengulum lidah Hanim. Ia meronta-ronta kecil. Aku bertindak dengan membuka kutang baju kemeja. coli, seluar jeans dan seluar dalamnya sekali gus.
Kami lihat dengan jelas buah dada Hanim yang kecil bak putik kelapa....... dengan bukit
cicapnya yang tembam....... menyirap darah kami....... sambil batang kami berdenjut
denjut hendak keluar. Kami menelentangkan Hanim diatas karpet di hadapan tv. Hanim
memejamkan kedua matanya....... sebentar lagi ia akan menerima serangan dua orang
sekali gus. Hamzah mengucup bibir Hanim, sambil tangannya meramas-ramas gunung
pejalnya....... manakala aku pula menyembamkan mukaku ke cicapnya. Lidahku mejilat
alurnya ....... sambil tanganku meramas-ramas ponggongnya.
"EEErrrrggggghh....... AAAAAaaahhhhh......., "Hanim makin stim di buat kami berdua.
"AAAAAAaaaaahhh....... Eeeeeeehhhhhh....... Aaaaaaagggghhhhkkk.......
SSseedddaaapppnnnyyaaaa, " ujar Hanim mendesah-desah.
Kami mengaleh kedudukan kami....... Hamzah menjilaj-jilat batu permata dan alur
cicapnya sekali....... aku pula meramas-ramas teteknya....... mulutku mempintal-pintal
putingnya dengan rakus sekali. Aku dan Hamzah membuka pakaian kami satu
persatu....... tidak ada seurat benangpun yang tertinggal....... Aku menyuakan batang
zakarku kedalam mulut Hanim....... mulut Hamzah masih bermain-main di alur cicapnya,
jemari tangannya meramas-ramas buah dada Hanim....... ia mengeliat keenakan. Hanim
membuka matanya....... sambil batang zakarku berada di dalam mulutnya. Ia megulum
dan menjilat batangku hingga tampak licin.
Hamzah mengajukan batang zakarnya....... kealur cicap Hanim....... ia menekan
batangnya perlahan-lahan....... lubangnya masih sempit. Hamzah meramas-ramas buah
dadanya yang tegang lagi pejal. Kami sama-sama menjalankan tugas masing-masing.......
aku tarik tekan batangku didalam mulutnya....... Hamzah pula sedang sorong menyorong
batangnya kedalam cicap Hanim. Hanim menjerit kecil tak keruan, tubuhnya mengeliat hebat dan melonjak kencang.
"MMmmmmmmmmmmm....... aaauuuuwwwwwww....... aaauuuuuwwwwww.......,
"Hanim mengerang ke enakan. "AAAaaaaaahhhhaaahhhhhhh....... hhhaaahhhhhhhh.......,
"nafasnya semakin kencang.
Aku memuntahkan air maniku yang pekat kedalam mulutnya....... mulutnya comot dek air
liurnya yang bercampur dengan air maniku. Hanim menlenguh tak menentu....... nikmat
yang di berikan serentak oleh dua orang lelaki pada satu masa. Hamzah terus berdayung
dan berdayung....... mencapai klimaks yang pertama....... ia memancutkan air maninya
kedalam lubang cicap Hanim dengan banyaknya.
"BBbbbbaaggggggg....... PPPPaaakkkkkk SSuuuuuuuu....... OOoouuuuhhhhh.......
aahhhaaahhhhaaaa....... aaaaaauuuuwwwwww......., "Hanim mengeliat kelazatan dan
keenakan.
Aku membenamkan batang zakarku ke alur cicapnya dengan mudah....... dibantu oleh air
mani Hamzah dan air maninya....... hingga kedasar dan kemulut rahimnya. Cicapnya
mengemut gemut batangku....... kuat sekali. Hamzah kulum bibir Hanim....... ia sedut
sedut lidah Hanim....... tangannya meramas-ramas buah dada Hanim dengan lembut. Aku
tarik sorong batangku semula....... aku benamkan hingga kedasarnya....... aku buat begitu
berkali-kali....... hingga Hanim tak duduk senang dengan tindakan kami berdua. Hamzah
memegang kepala Hanim....... sambil batangnya ditarik dan tolak batang zakarnya
didalam mulut Hanim. Hamzah memancutkan air pekat kedalam mulut Hanim sekali lagi. Hanim memegang batang hamzah sambil menjilatnya berkali kali. Hamzah melumat mulut Hanim begitu lama.
Aku goyang-goyangkan perlahan batangku....... aku benamkan hingga kedasarnya.......
Tubuh Hanim terangkat sambil memeluk tubuhku. Aku sudah sampai klimaks....... aku
tarik dan aku tekan batangku....... aku benamkan semula kedasarnya. Aku dan Hanim
sama melepaskan ....... Aku memancutkan air maniku kedalam takungannya.
"OOoooouuuuwwwwww....... Pppppaaakkkk SSssssuuuuu....... HHhhhaaaaa....... nniim
nnnimmmm....... PPppaakkkk ssssuuuu....... niiiikkmattnnnyyaaaa......., "erang Hanim,
sambil aku menikmati tubuh montoknya.
Semasa Hanim hendak bangun....... Hamzah menindih tubuhnya sekali lagi....... mungkin
Hamzah tidak puas, melanyak tubuh muda itu. Hanim sudah rela....... Hamzah
memperlakukan apa saja, yang terhajat di hatinya. Hamzah mengulum dan mencium bibir
Hanim, tangannya meramas gunung susu yang pejal....... dan cantik. Hanim membalas
ciuman Hamzah dengan rakus sekali....... macam ia tidak mahu melepaskan tubuh
Hamzah. Hamzah membenamkan batangnya hingga kedasar....... tanpa belas kesihan,
sambil mulutnya menjilat leher Hanim....... tangannya meramas-ramas ponggong Hanim
dengan kuat. Hamzah kucup telinganya....... ia sedut-sedut buah dada Hanim....... hingga
tampak kemeram-merahan....... Hanim mendesah-desah kegelian. Hamzah menarik dan
menolak batangnya kedalam....... tarik semula....... menghentak hingga kedasar kembali.
Jemarinya meramas-ramas kedua buah gunung pejalnya dengan begitu rakus. Hamzah
buat begitu berkali-kali....... Tubuh mereka bersentuhan....... dengan dada Hamzah yang
mempunyai banyak bulu....... ia menambahkan rasa nikmat dan kegelian kepada Hanim.
Batangnya masih memainkan peranan....... tarik sorong ke dalam cicap Hanim.......
sebelum sempat ia bersuara....... Hamzah menarik kepalanya....... mengulum bibir Hanim
yang nakal. Hamzah julurkan lidahnya kedalam mulut Hanim....... Hanim mengulum
hangat....... ia mengoyangkan ponggongnya semula....... Hamzah geselkan dadanya yang
berbulu ke tubuh Hanim yang bogel, Hanim merintih kesedapan dan memekik kecil.
"SSSssssaaaakkkkk....... Gggeelllliiiiii....... aaahhhhhh.......
Ssssseeeddaappppnyyaaaaaa....... bb....... bbaannggg....... zzzaahhhh......., "erangnya
perlahan. "Aaaaahhhhhhhhhh....... sssssseeeeee dddddaaaapppppnnyyyaaa.......,
"erangnya lagi. "GGGggggooooyyyyaanggg....... bbb....... aanngggggg, "bisiknya hampir
tak dengar.
Hamzah menuruti kehendaknya....... goyang perlahan....... Hamzah cium bibir Hanim
penuh nafsu....... nafasnya termengah-mengah tapi Hamzah tak peduli itu semua....... ia
terus membenamkan batangnya hingga kedasar.
"Aaaarrrgghhh....... Hanim merintih dalam cumbuan Hamzah"
Hamzah kembali ajak Hanim bercumbuan....... mengerak ponggongnya turun naik.......
cicapnya mengemut-gemut batang Hamzah. Kedua lengannya merangkul belakang
Hamzah....... ponggongnya turut bergerak mengikut pergerakan ponggong Hamzah,
sambil menikmati tubuh Hanim yang montok dan mongel. Hanim mengerang gerang
merasa nikmatnya. Hamzah tarik dan sorong batangnya berkali-kali....... penuh
nikmat....... ia merasa bergetar-getar....... ketika tubuh Hanim mengeliat kiri ....... ia
menghentak batangnya masuk kedasar kembali. Mulutnya mendesis-desis dalam
kuluman bibir Hamzah........ sementara Hamzah meramas-ramas gunung pejalnya.
Hamzah biarkan batangnya terbenam buat seketika....... dalam cicap Hanim yang
terkemut-kemut....... cairan hangat dan pekat sudah membasahi batang Hamzah....... ia
tahu Hanim dah klimaks lagi....... mata Hanim terpejam rapat menahan nikmat. Hamzah
berdayung dan terus berdayung, sambil mulutnya mengomol gunung pejal Hanim.......
laju dan laju....... dengan tiga serangan serentak dari Hamzah....... Hanim seakan hilang
punca, kemutan cicapnya menjadi-jadi....... mengelepar tubuh Hanim. Dengan kemutan
cicap yang kuat....... ia merasakan klimaksnya akan sampai....... satu hentakan yang kuat
dari Hamzah....... ia simbahkan air pekatnya ke dalam liang cicap Hanim dengan
banyaknya hingga melimpah keluar. Bila terasa kepanasan air pekat Hamzah....... Hanim
mengelepar sekali lagi, sambil mengayak-ayak ponggongnya tanpa di pinta. Matanya terpejam rapat dek kelazatan yang tak terhingga.
"OOOoooouuuuuhhhhooouuuhhhhh....... bbb....... bbbb....... bbbaannnnnggggggg.......
oooouuhhhh....... uuhhhhhhhhh......., "Hanim mendengus melepaskan klimaksnya yang
keberapa kali. "HHHhhhhrrrrggggggkkkkk....... hhhhhaaahhhhhh.......
nnnniiiimmmmmmmm....... hhhhhaannniimmmm....... ooouuhhhhhh.......
nnniikkkmmmaattttnnnyyaaa......., "erang Hamzah sambil meramas-ramas tubuh montok
dan mengulum bibir Hanim.
Tiba-tiba kedua belah kakinya terkulai layu....... akhirnya Hamzah terkulai di atas tubuh
montok Hanim....... namun mereka berdua penuh dengan kenikmatan.
Sebelum kami bertiga bertolak pulang kepengkalan....... kami meniduri Hanim secara
bergilir-gilir hingga kami puas menikmati tubuh mudanya.

Hanida

Kisah berlakunya peristiwa ini ialah pada usiaku yang baru menjangkau 26 tahun. Kisah bermula apabila ada 4 orang gadis yang baru datang bertugas di tempat kerjaku. Tidak keterlaluan jika aku katakan mereka ini adalah guru-guru yang baru keluar maktab. Jadinya, aku ni lebih seniorlah dari mereka tu di tempat kerjaku. Hari pertama pendaftaran mereka aku dah berkenan dengan salah seorang daripada mereka...Hanida namanya (ku panggil Hani). Diringkaskan cerita, aku ni suka pandang-pandang dan jeling-jelingnya. Kadang-kadang waktu dia mengajar di kelas aku selalu godanya. Kalau di kantin memang hobiku menghampirinya dan cuba berbual dengannya. Aku akui, memang aku menyukainya. Tapi dari gerak gerinya aku pasti dia pun apa kurangnya.
Hinggalah pada satu hari, aku memberanikan diri mendekatinya. Waktu itu, di bilik guru tinggal beberapa orang saja. Yang lain masuk kelas tunaikan tanggungjawab. Aku ajaknya tengok wayang. Dia setuju. Lega hatiku. Petang tu lepas habis kerja aku pun ke panggung wayang bersamanya. Dalam panggung aku tak berapa berani buat apa-apa kat dia. Cuma ramas-raman tangan dan pehanya. Aku pasti sangat, responnya positif. Aku cuba menyentuh breastnya dengan siku kananku. Terasa kenyal dan lembut, walaupun aku akui breastnya tak lah besar sangat. Aku agak-agak cukup untuk tapak tanganku mencekupnya. Adengan tu habis disitu sampai wayang tamat. Cerita apa pun aku tak pasti. Gelora dadaku yang kencang pun aku tak terlayan.
Selang beberapa hari, hubungan kami makin mesra hinggalah disedari oleh kawan-kawan lain. Aku buat tak kisah. Aku memang sukakannya. Pada satu hari aku dapat satu nota dari Hani. Anak murid kelasnya yang hantar. Antara isi kandungannya, "Abang, petang ni boleh tak hantar Hani balik rumah di PJ. Hani malas nak naik bas, kena tunggu dua bas. Tiap hari sampai rumah mesti pukul lapan lebih. Abang, boleh tak?...kalau boleh
hantar note ya?....itulah antara isi kandungannya. Aku pun balas mengatakan O.K. So,
petang tu, lepas mengajar aku pun start motor hantar dia balik. Kami sempat singgah beli makanan. Sampai di rumahnya dah dekat jam 8.00 malam jadi aku ingat nak balik tapi Hani tahan. minum dulu katanya. Aku pun tunggu. Minum punya minum dah dekat pukul 9.30 malam. Hani kata tidur sinilah. lagipun tak ada sesiapa dirumah. esok pagi baru balik. lagi pun kita ngajar petang apa nak risau. Rupanya dia tinggal sorang dirumah tu. Rumah tu disewa oleh abang dan kakaknya. Tapi diaorang tu duduk di KL(Quaters Penjara Pudu). So, line clear lah. Hani berikan towel untuk ku mandi. Selesai mandi Hani pulak mandi. Lepas mandi tu kami tonton TV.
Degupan dadaku semakin kencang.. kami duduk rapat sambil bersembang dan bergurau senda. Indah sekali. Tanganku macam biasalah..terus merayap ke serata arah. Sambil kami berkucupan. ku hampir pasti Hani semakin bernafsu sekarang. Nafasnya saja macam lembu kena sembelih..cuba lah bayangkan Aku memberanikan diri memegang breastnya.. phuuuhhh... best. walaupun saiz kecil tapi tegang. Sampai satu ketika aku kata
padanya... "Abang tak tahanlah Hani...." Hani pun sama...sambil mendengus. Aku pun
merebahkan badannya ke lantai. maklumlah tak ada sofa. Lepastu aku mengiring disebelahnya. Ku kucup bibirnya sambil membelai breastnya. Tangannya mula beraksi lincah, menggosok-gosok belakangku sambil memaut rapat tubuhku ke tubuhnya. Itulah kehangatan kali pertama yang kualami. Aku terus menanggalkan baju
kelawarnya...Berderau darahku memerhatikan susuk tubuhnya..langsing, padat, dan menggiurkan..amboi putihnya...
Hani....abang buka bra ya?....
Hani hanya mengangguk sambil membantuku melucutkan kancing branya. Bila dah terbuka, maka tersaksilah dua buah bukit kecil di depan mataku. Aku hampir lemas, habis lenguh sendi-sendiku. "bang. Abang orang pertama buat gini kat Hani tau..Hani takut, nanti jadi apa-apa. Mendengar penjelasannya aku jadi serba salah. Semua tindakan ku terhenti. "Abang sayang Hani tak?..."Tentulah...jawabku ringkas. "Kalau gitu,...kita teruskanlah...jelasnya lagi. Aku berasa lega. Kali ini kami lebih agresif. Hani pun bertambah ghairah dengan stroke yang agak advance. Putingnya menjadi sasaran utama. Aku elus-elus dan nyonyot perlahan...aku nampak matanya terpejam menahan kesedapan. Sambil tu aku picit-picit puting sebelah lagi. Best betul. Waktu tu..batangku tak tahu nak kata..macam nak pecah terkurung dalam spender. Aku terkejut bila tiba-tiba saja tangan Hani hinggap di batangku, walaupun masih beralaskan kain pelikat dan spender. Tangannya semakin ganas meramas dan mencengkam batangku. Serentak bila aku hisap putingnya..kala itulah nafasnya mendengus kencang dan cengkaman ke batangku jadi makin power. Yang ku dengar tika itu hanyalah dengusan nafas kami yang kian kencang..Aku terus memberanikan diri meraba pantatnya. iissshhh..!! basah dah! ku seluk kedalam pantiesnya...ku usap pelan-pelan..rimbunan bulu-bulu halus melingkari sekitar pantatnya. Jari-jariku makin berani menelusuri celahan pantat Hani. Terasa licin, lembut dan hangat...Nafasku makin sesak...ku lihat tubuh Hani
menggeliat lembut bila jari ku mengusap dan menguis lembut lubang dan biji pantatnya. Air semakin banyak. Dengan perlahan dan kelembutan aku pun lucutkan panties Hani. Hani cuba membantu dengan mengangkat punggungnya. Terserlah pantat gebunya yang selama ini hanya ku bayangkan saja. Memang halus dan mulus kulitmu Hani. Aku mengkagumimu. Kucupan di mulut dan breastnya kulepaskan dan menyusuri tubuhnya hinggalah beralih ke bahagian idaman sang lelaki. Kucium bulu-bulu halisnya..Hmmm...ada bau sabun..wangi. Aku beralih posisi dengan duduk sujud dicelah kedua kakinya. Ku kangkangkan kakinya luas-luas.
Agak payah untuk kulakukan kerana mungkin terasa sakit olehnya. Hani seolah-olah malu...cuba menutup celah kangkangnya. Aku alihkan tangannya. Dengan jari ku selak
celahan pantatnya..oohhhh....merahnya...air menggenangi sekitar lubang pantatnya. Ku
jilat perlahan di kelentitnya. Terjongket-jongket badannya.
Aahhhhhh....!!!!!!..eemmmmm.hhhhh....suara Hani dah terkeluar. Aku teruskan menjilat
dengan lebih pantas hinggalah Hani merasa macam tak tertahan seperti menggelupur...Tangannya tak keruan kadang menekan kepalaku rapat ke pantatnya kadang menarik-narik tikar di tepinya...Abang.. bbbaaang..
heeekk...hhhhh...khhhh..aaahhhh!!!!...fehhh!!!...haaaahhhhh.....penghujung suara itu
makin lemah, lembut dan beransur hilang...nafasnya masih turun naik dengan kencang. Hani terus memautku rapat ke tubuhnya...Kini aku betul-betul di atas tubuhnya. Batangku
hampir mencecah lubang pantatnya. Aku cuba memacu dan menyentuhkan kepala batangku ke liang pantatnya. Sekali lagi Hani bagai terkena karan letrik..bagai terkejut ...Abang...Hani geli lagi...jangan bagi kena biji bang..
Geli sangat...tak tahan...sambil tangannya memaut batangku. Hani terus menujukan kepala batangku ke liang pantatnya yang telah becak. Bang...jangan tekan kuat sangat..Hani takut...Aku hanya angguk kepala saja. Bila tangan Hani melepaskan batangku aku pun terus tekan perlahan..nyata Hani masih dara lagi. Walaupun suaranya tidak menyatakan kesakitan tapi kerutan muka dan reaksi tubuhnya sewaktu ku masukkan sebahagian batangku amat menyakitkan. Setelah hampir pasti batangku masuk semua ke dalam pantatnya..aku pun bertanya... Macamana? sakit lagi? Hani tak menjawab...cuma mengangguk lembut sambil memejamkan mata.
Ditarik kepalaku hampir ke bibirnya...dikucup bibirku..aku tahu hani suruhku teruskan
aksi. Sambil berkucupan aku cuba mencabut batangku... Ahh....bang..slow!...aku akur..ku
cabut dan masukkan kembali begitulah aksiku hingga ku lihat bibir hani mula tersenyum , nafasnya kencang semula, pautan jari jemarinya makin erat. Kini Hani mula bernafsu semula...mungkin rasa sakit dah
hilang..Sssss...sss....sedappp....bang....sedap....aaahhhh..... Aku makin melajukan
dayungan. Batangku makin ligat keluar masuk pantatnya..bunyi berdecap decup..mengghairahkan suasana malam itu.
Hani makin kuat erangannya...tiba-tiba... Bangg!!!.... hhuuuuhhhhh....i isssshhhsyyy....
ahhhh...bang..Hani...nak sampai ni....cepat bang ahhh...sambil tangannya erat
memelukku...bagai tak mahu dilepaskan lagi. Bibirnya rakus mengucup seluruh mukaku..Sambil tu dapat ku rasakan kemutan pantatnya makin kuat menyedut-nyedut batangku. Itu yang aku tak tahan sangat...Aku teruskan mendayung...laju dan laju...kehangatan pantatnya memang mengasyikkan..Sedap bang...laju lagi bang..sambil tu Hani merapatkan kedua pehanya... AAhhhhh...semakin sedap kemutannya..semakin ketat kepitan pantatnya..agak susah untuk ku bernafas.
Semakin lama semakin sesak nafasku.... batangku seakan membengkak... memanjang..
berdenyut kuat. Kemutan pantatnya makin kuat... Hani... Hhhhhaaanii..... uuhhhhh...
aaaaaahhhhhh..... Ku rasakan dunia nak pecah... batangku memancutkan mani berkali kali
di dalam pantatnya...aku teruskan henjutan hingga tak terdaya tanganku menongkat lagi.
Aku rebah di atas Hani yang makin kuat memelukku....Ku biarkan saja batangku terus
bermastautin di pantatnya..Denyutan batangku dan kemutan pantatnta seiring dan
senada...sesekali aku tekan dan tarik batang ku yang makin kendur...Gelilah bang.... hani
bersuara... Ait..geli lagi...Bang..bestla malam ni. Hani rasa...macam nak meletup
tadi....Dua kali tau bang..Hani terpancut tadi...Malam tu kami berpelukan sampai
siang...Pagi tu aku pun balik ke rumah sewa. Tengaharinya Di sekolah Hani tersenyum
memandangku....sesekali berselisih sempat juga dikatakan olehnya.."Pantat Hani rasa
kembang ni...macam batang abang ada
kat dalam lagi..."..."Bang...bila nak hantar Hani balik lagi????...Sebenarnya soalah itulah yang sering ditanyakan olehnya bila berselisih..yang akhirnya membawa kami ke alam
keindahan dan kenikmatan. Kami selalu melakukannya. Hani kenangan bersamanu tetap terpahat di hati ini

Guru Les Yang Nakal

aku seorang guru muda berumur 25 tahun yang cukup beruntung dapat mengajar di-sekolah dasar swasta favorit walaupun ditempatkan dicabangnya yang di Sektor IX Bintaro Jaya.
Bisa dikatakan aku seorang guru yang baik, menurut para orang tua murid yang menyekolahkan anak mereka di sekolah tempat aku mengajar. Kepala Sekolah dan beberapa guru yang lebih senior sering mengakui kepandaianku dalam memberikan pelajaran. Oleh karena itu beberapa orang tua murid meminta aku untuk memberi tambahan pelajaran untuk anak mereka secara pribadi di rumah mereka. Tawaran itu sepanjang memang waktunya tersedia aku layani, lumayan untuk pendapatan tambahan. Krbijakan di-Sekolah memang membolehkan guru untuk memberi les untuk murid dari kelas yang diajar oleh guru lain.
Dalam banyak rumah yang aku kunjungi, aku paling suka pergi ke rumah Jessica, seorang murid yang tinggal di-Sektor IX Bintaro Jaya juga, kira-kira 2 km dari tempat kost-ku di-daerah
perigi. Dia murid kelas 2 dan seperti kebanyakan murid-murid di-sekolahku lainnya ia juga keturunan Cina. Bila giliran aku
ke rumahnya (dua kali seminggu), aku cukup bersemangat, karena ibunya seorang wanita cantik. Aku memanggilnya Ibu Linda. Umurnya awal 30-an dan dia tidak bekerja. Suaminya seorang arsitek yang karirnya cukup sukses diperusahaan swasta group Sinar Mas. Saat aku mengajar anaknya, dia tidak menunggui tetapi akan masuk ke kamar atau sibuk di dapur. Memang aku kurang suka ditunggui ketika sedang mengajar, bisa mengganggu konsentrasi. Lebih kurang 15 menit sebelum les selesai, ibu
Linda biasanya akan keluar duduk di sofa. Setelah selesai les, Jessica akan masuk ke kamar dan menyambung belajar, sementara aku ngobrol dengan ibu Linda. Dari situlah aku tahu sedikit tentang latar belakangnya.
Sebagai informasi, aku memberi les dirumahnya waktu malam, pukul 8.00 hingga 9.30. Kadangkala suaminya ada, kalau dia pulang cepat. Hubungan aku dengan mereka bisa dikatakan baik. Mereka suami isteri yang menyenangkan. Saat imlek, aku diberinya angpau. Salah satu sebab aku menyenangi mereka adalah untuk membiasakan Jessica mereka menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi sehari-hari dan aku bisa ikut latihan berbahasa Inggris bersama mereka walaupun kadang-kadang masih campur dengan bahasa Indonesia.
Ibu Linda sewaktu dirumah gemar memakai celana pendek dan T-Shirt saja. Ini membuatkan bentuk tubuhnya yang montok itu terpampang. Aku kadangkala mencuri pandang keelokan wajah dan tubuhnya itu, hingga kemaluanku menegang. Aku sering membayangkan untuk dapat bercinta dengannya. Rambutnya yang
panjang dan lurus, kulitnya yang putih, mulus dan bersih, dan tubuhnya yang montok serta pinggangnya yang ramping itu membuat aku kadang-kadang gelisah kalau duduk berdekatan dengannya. Itulah sebabnya, dibanding dengan murid-murid les lainnya, aku paling semangat memberi les ke-Jessica karena berarti juga bertemu dengan Ibu Linda. Walaupun ia telah mempunyai seorang anak yang berusia 8 tahun, badannya sangat terawat, bak perawan. Ibu Linda sangat pandai menjaga tubuhnya.
Pernah Ibu Linda memakai celana yang sangat pendek dan T-Shirt ketat yang menampakkan perut dan pusarnya. Saat itu aku betul-betul terangsang, sulit konsentrasi mengajar sebab mata mencuri-curi melirik ke arah tubuhnya. Pulang ketempat kos,
aku langsung ber-onani ria sambil membayangkan bersetubuh dengannya.
Hari berganti hari, tanpa terasa sudah hampir 9 bulan aku mengajar anaknya. Hasil yang diperoleh memang baik, karena ia mendapat ranking 3 besar dikelasnya. Aku jelas bangga. Ibu Linda juga bangga dan mengucapkan terima kasih kepadaku. Suaminya yang cukup ramah itu jika ketemu selalu mengajak diskusi mengenai beberapa hal tetapi terutama yang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai arsitek atau proyek perumahan dimana dia terlibat. Aku layani saja, walau hanya sedikit tahu mengenai itu. Sebagai guru, cukup wajar kaalu aku pandai bicara.
Setelah selesai evaluasi hasil belajar semester II, aku tetap diminta untuk memberi les anak mereka lagi sampai liburan sekolah, katanya untuk persiapan tahun depan. Aku setuju saja. Maka, mengajarlah aku sampai tiba libur kenaikan kelas.
Minggu ini minggu terakhir, setelah itu akan segera libur panjang. Malam itu seperti biasa aku pergi ke rumah mereka buat memberi les terakhir sebelum libur. Suaminya kebetulan ada. Habis mengajar, seperti biasa aku diberi sekedar makanan kecil dan minuman pelepas dahaga. Ibu Linda dan juga suaminya menemaniku duduk bersama ngobrol.
"Pak Anton" sapa suami Ibu Linda memulai perbicaraan. "Ya" jawabku ringkas sambil menantikan kata-katanya.
"Minggu depan saya mesti pergi ke-Balikpapan. Ngurusin proyek" sambungnya.
"Wah, baguslah" jawabku.
"But the problem is, I must go there one week" "Then, What the problem you got" jawabku.
"Nobody will be here to take care of my family and as you know we don't have pembantu rumah tangga, rasanya nggok tega ninggalin Jessica dan mamanya hanya berdua terutama di-malam hari"
"You can call your saudara"
"I did, but they cannot help. They have a lot of work to do" balasnya dengan wajah yang agak kesal.
"I hope you can help me" sambungnya.
"Tolong !!" aku terkejut dengan permintaan itu. "How" "stay here at night"
"Haaa !!!" tersentak aku dengan permintaannya. "But next week libur, Saya punya rencana pulang kampung"
"Just one week, please"
"Pak Anton, you cuma datang malam, sleep here. I got room for you. Then pagi, you can go anywhere you want" Ibu Linda menyambung setelah lama diam membiarkan suaminya saja yang berbicara.
"You know, Saya tak ada orang lain yang bisa Saya harap. This area is not good, a lot of empty houses around here and we practically don't have a neighbor. It's must be a man in the house at night. Nanti kalau saya pergi, tinggal my wife and my daughter only"
"Plese Pak Anton, please think about it" sambung Ibu Linda saat melihat aku hanya diam.
"I'll pay you" kata suaminya. "It's not about money" balasku.
"Then ?"
"When will you go?" tanya aku.
"This Sunday, and I'll be home next Saturday" jawabnya penuh ceria.
Mungkin mengira aku sudah setuju. Aku pikir-pikir ini bukan
ide yang buruk, aku akan mendapat uang yang lumayan disamping itu inilah peluang emas agar aku dapat lebih dekat dengan ibu Linda.
"O.K.lah" sambungku. "But just one week"
"O.K...O.K...." balas mereka serentak dengan senyuman.
"Thanks" sambung Ibu Linda sambil tersenyum ke arahku. Aku tenang saja
sambil meneguk air yang disuguhkan.
"This Sunday night saya datang" kataku sambil berdiri hendak pulang.
"O.K. I will prepare your room" balas Ibu Linda sambil mengikuti aku ke muka pintu.
"saya pulang dulu"
"Thanks Pak Anton" suaminya berkata sambil berjabat tangan denganku.
"Thank you very much"
Aku pun pulang ke rumah. Malam itu, aku kewartel dan telpon kampung, aku bilang ada perubahan rencana aku akan kursus dulu selama seminggu sehingga acara pulang kampung sedikit tertunda.
Hari ini hari Jumat, hari terakhir sekolah. Lusa aku akan ke rumah Ibu Linda menemani Ibu Linda dan Jessica. Kawan-kawan sekostkupun yang kebetulan juga guru di sekolah yang sama, sudah pulang ke kampung halaman masing-masing. Tinggal aku seorang diri, cukup membosankan.
Minggu malam aku akan tidur di rumah Ibu Linda. Aku memikirkan rencana yang tidak-tidak seperti untuk mengintip Ibu Linda
mandi, atau mengintip saat Ibu Linda tidur. Inilah
kesempatanku untuk menatap tubuhnya yang seksi itu sepuasnya. Kalau saat aku mengajar, aku kurang berkesempatan, kalau aku tidur di sana, aku tidak akan menyia-nyia-kan ini. Aku sangat berharap dapat mengintip Ibu Linda mandi, atau paling tidak dapat melihatnya keluar dari kamar mandi dengan hanya menutup
badannya dengan handuk......
Membayangkan itu, aku tidur dalam keadaan ngaceng berat malam
itu........
Minggu malam, jam menunjukkan pukul 10.30 malam, aku tiba di perkarangan rumah Ibu Linda dengan motor bebekku. Suasana agak sunyi, hanya dari kejauhan anjing menggonggong sesekali memecah kesunyian. Aku masuk, lalu aku rapatkan lagi pintu
pagar itu sekaligus menggemboknya. Aku sebelumnya memang telah diberitahu untuk langsung mengunci pagar.Selesai mengunci
pagar dan motor bebek, aku pun mengetuk pintu rumahnya. Diam. Tak ada jawaban, aku ketuk lagi berulang kali, masih nggak ada suara. Hatiku mulai waswas, jangan-jangan ada sesuatu yang terjadi kepada mereka berdua di dalam. Aku ketuk lagi, kali
ini agak kuat.
"Coming !!" aku dengar suara Ibu Linda menyahut.
Kemudian, pintu pun dibuka, ku lihat Ibu Linda seperti yang
aku bayang2kan yaitu hanya pakai handuk untuk menutup badannya. Tapi handuk itu kelihatannya tidak cukup untuk menutup badannya dengan sempurna. Pangkal buah dadanya yang putih bersih itu tampak jelas saat dia tunduk membuka kunci. Pangkal pahanya yang mulus juga tampak dengan jelas. Aku langsung ngaceng.
"Please coming" katanya. Aku pun masuk dan sewaktu melintasinya, bau harum sabun masih tercium dari tubuhnya, aku menoleh lagi ke belakang, Ibu Linda sedang menguncikan lagi pintu. Aku lihat tubuhnya dari arah belakang, wow, pantatnya yang montok dan padat itu sekali lagi membangkitkan nafsu aku. Pinggangnya yang ramping serta bentuk tubuhnya yang menggiurkan itu sama sekali tidak menunjukkan dia sudah punya anak.
"Sorry, make you waiting" katanya sambil berlalu. "Saya mandi tadi"
"It's OK" balasku.
"Duduklah, Saya mau pakai baju dulu" sambungnya sambil menuju ke tingkat atas. Mataku tidak lepas dari tubuh seksi itu
sampai hilang dari pandangan. Aku pun duduk di sofa, sambil membalik-balik majalah yang ada di situ.
Tak lama kemudian, Ibu Linda pun turun, lalu terus ke dapur.
Dia kembali ke ruang tamu dengan dua gelas air sirop di tangannya. Ibu Linda mengenakan pakaian tidur warna pink yang agak transparan, hingga menampakkan bayangan celana dalam dan bhnya. Sesaat dia tunduk meletakkan air atas meja, aku sempat mengerling ke arah buah dadanya, kelihatan pangkal buah dadanya yang dibaluti bh berwarna hijau muda. Sekali lagi, kemaluan aku mengeras.
"silahkan minum" katanya sambil duduk berhadapan dengan aku.
"Thanks" aku menjawab sambil mengambil air sirop yang terhidang itu.
"Thanks, because you bersedia datang" Ibu Linda membuka pembicaraan.
"Mana Jessica" tanyaku karena anak tunggal itu dari tadi tidak kelihatan.
"Ohh.... dia sudah tidur"
"Jam segini sudah tidur ?"
"Memang dia tidur awal, pukul 10.00 pasti saya suruh dia untuk tidur"
"Oooo .... like that"
Kami terus ngobrol, dari situlah aku tahu serba sedikit
tentang keluarga ini. Sewaktu ngobrol, aku tidak bosan-bosannya melihat keayuan wajahnya, matanya tak sesipit orang Cina lainnya. Kulitnya putih dengan rambut ikal mayang, tambah pula dengan bentuk tubuhnya yang ramping dan dadanya yang montok itu membuatkan aku ingin segera memeluknya. Wangian tubuhnya memenuhi ruang tamu yang agak dingin itu.
"How old are you" tanyanya setelah sekian lama. "25", jawabku singkat.
"Sudah ada rencana menikah?" "belum"
"Jangan tunggu lama lama"
"Lelaki terlambat sedikit nggak masalah"
"Hmmm ...."
Aku terus diam, belum menemukan bahan pembicaraan lain. Dia pun begitu. Aku baca majalah sambil sesekali ekor mata menelusuri tubuhnya.
"Let me show you your room", katanya sambil berdiri dan berjalan ke tingkat atas. Aku pun ikut seperti kerbau dicocok hidung.
Dari belakang, aku memerhatikan lenggok pantatnya menaiki tangga. Rasanya mau aku remas pantat itu, tapi apa daya takut dikira kurang ajar. Di tingkat atas, terdapat tiga kamar.
Kamar depan, master room, kamar Ibu Linda dan suaminya. Kamar tengah, Jessica.
"Here's your room" katanya sambil membukakan pintu kamar belakang. Sedikit kecil, dengan kasur dan lemari yang tersusun rapi. "I hope you like it"
"Yes, thank you" balasku.
"Saya mau tidur dulu, kalau Pak Anton mau lihat TV, you know how to do it. DVD pun ada. Make yourself at home" jelasnya sambil meninggalkan aku.
"OK thanks, Saya memang suka tidur telat" balasku.
Dia masuk ke kamarnya, aku turun lagi ke ruang tamu menonton TV. Sambil aku membalik-balik majalah yang ada di situ.
Mata semakin mengantuk, kulihat jam menunjukkan pukul 2.30 pagi. Aku matikan TV lalu ke tingkat atas. Saat melintasi kamar Ibu Linda, aku dapati pintunya tidak bertutup rapat. Timbul niat di hati ku untuk melihat dia tidur. Pelan-lahan
aku buka pintu, lalu masuk ke dalam kamarnya. Ibu Linda sedang tidur nyenyak, menghadap ke arahku.
Aku menatap ke seluruh tubuhnya yang sedang nyenyak tidur itu. Dasternya tersingkap sedikit,pangkal pahanya yang mulus terpampang dengan jelas. Dadanya naik turun menghembus udara, bhnya sudah dicopot. Aku tatap sepuasnya, sambil mengusap kemaluan. Aku dekatkan mukaku ke arah wajahnya, wangian kulit dan rambutnya membuat aku terasa hendak mencium pipi yang mulus itu. Agak lama aku buat begitu, rasanya aku mau terkam saja wanita Cina itu. Tapi timbul kesadaranku, waktu masih banyak. Kalau terlalu terburu-buru, takut justru rencana berantakan. Kemudian, aku keluar lalu menutup pintu kamarnya. Aku masuk ke kamar lalu tidur, sebelum tidur aku sempat
membayangkan pemandangan tadi.......
Sedang aku dibuai mimpi, pintu kamarku diketuk. Kedengaran suara Ibu Linda menyuruh aku bangun, rupa-rupa sudah pagi. Aku bangun, cuci muka dan turun. Kelihatan Ibu Linda menunggu aku dengan dua cangkir teh di atas meja. Dia masih berpakaian
tidur. Aku minum lalu meminta diri untuk pulang. Di rumah aku teruskan tidurku.
Malam kedua. Seperti biasa, aku tutup dan kunci pagar rumahnya. Saat pintu dibuka, Ibu Linda sudah berpakaian tidur sejenis daster, tetapi masih harum bau parfumnya. Setelah itu, aku dipersilakan minum sambil kami ngobrol ngalor ngidul sehingga mata mengantuk.
Aku sempat bertanya mengapa saudaranya enggan menemani mereka. Ibu Linda menjelaskan bahwa mereka terlalu sibuk dengan urusan dan saudara dari fihak suami tidak begitu menyukainya. Aku
hanya menganggukkan kepala saja tanpa ingin mengetahui lebih lanjut.
"Pak Anton, Saya mau tidur dulu" katanya sambil melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 11.30 malam.
"OK" balas ku ringkas.
Ibu Linda berlalu meninggalkan aku sendirian di ruang tamu.
Aku memerhatikan lenggak-lenggok pinggulnya yang mengairahkan itu hingga hilang dari pandangan.
"Malam ini aku mau intip dia lagi, kalau bisa mau pegang sedikit", tekadku dalam hati.
Aku masih di-ruang tamu nonton TV. Sendirian. Sunyi. Tiba-tiba
Ibu Linda turun dan terus ke dapur. Ketika itu jam menunjukkan pukul 12.30 malam. "Mungkin haus" kata hatiku.
Tak lama kemudian, Ibu Linda kembali dan terus menaiki anak tangga.
Tiba-tiba ......
"Auchhhh !!!! ....... Arrrgghhhh !!!!!" terdengar jeritan Ibu
Linda di tangga.
Aku lari kearahnya dan dapati dia terjatuh di atas tangga sambil tangan memegang pergelangan kaki kirinya. Mukanya berkerut menahan sakit.
"Why? What happened ?" tanyaku seraya duduk di hadapannya. "Saya terkilir"
"Mana yang sakit?" tanyaku. Dia menunjukkan ke arah pergelangan kaki kirinya.
"Let me see" balasku sambil memegang dan memijit-mijit pergelangan kaki mencari yang sakit. Dengan pengalaman saat di-Pramuka, aku tau sedikit menangani hal seperti ini.
Aku terus memijit dan mengurut daerah pergelangan itu, sesekali dia menjerit kecil karena kesakitan.
"Bisa jalan?" aku tanya.
Ibu Linda tak menjawab, dia terus bangun, coba untuk berdiri. Tetapi dia terduduk kembali.
"Tak bisa" jawabnya mengerutkan muka.
"Let me help you. I will take you up stairs" balasku terus berdiri.
Ibu Linda setuju. Dia memegang leherku dengan tangan kirinya. Aku memapahnya naik sambil tangan kananku melingkar pinggangnya. Aku memapahnya pelan-lahan. Saat itu, aku sempat menyentuh punggungnya dan aku tahu dia tak pakai bh. Aku teruskan langkah, tiba-tiba kakinya tergelincir lagi. Dia
hampir terjatuh. Aku segera menyambut dengan melingkarkan kedua tanganku dibagian pinggangnya. Ibu Linda juga turut bergantung di leher dan bahuku dengan kedua tangannya. Kami
hampir berpelukan. Ketika itu, aku simpulkan Ibu Linda tak pakai celana dalam juga. "Mungkin kalau tidur dia tak pernah pakai pakaian dalam" kataku dalam hati.
Aku melambatkan langkah agar dapat melingkari pinggangnya lebih lama. Dia kelihatan pasrah saja. Sampai di kamarnya, aku masuk dan tutup pintu. Aku dudukkan Ibu Linda dengan bersandarkan bantal. Kakinya kujulurkan.
"Biar saya urut sedikit" kataku sambil tangan sudah ada di pergelangan kakinya. Dia hanya menggangukkan kepala. Aku terus memijit dan mengurut dengan pelan. Aku alurkan urutan dari
atas ke bawah, hingga ke jari kakinya. Agak lama aku mengurut sekitar daerah sakit itu.
"Masih Sakit?" "Sudah kurang sedikit"
Aku terus mengurut. Aku semakin berani. Aku urut betisnya. Dia tak melarang. Sesekali wajahnya berkerut menahan sakit. Aku teruskan mengurut, kini dasternya aku singkapkan sedikit. Kemaluan aku sudah naik. Aku lihat Ibu Linda diam saja. Aku semakin panas. Aku masukkan jari aku ke dalam dasternya. Aku mulai urut paha hingga ke pangkalnya. Ibu Linda hanya mendesis kegelian. Tak nampak tanda protes di wajahnya. Kini, aku bukan mengurut, tapi meraba dan mengelus. Aku terus raba dan usap pahanya hingga ke pangkal, sekaligus kedua-duanya. Matanya kelihatan terpejam, sesekali mendesis mengerang dengan manja. Aku meraba semaunya, kesempatan semacam ini jarang terjadi.
"Pinter ngurut juga ya" sapanya sambil tersenyum. Aku terkejut, bersamaan dengan itu, aku melepaskan tanganku dari pahanya.
"Tolong pijit bahu dong" pintanya. Lega hatiku. Aku pikir dia mau marah, rupa-rupanya mau aku pijit badannya. Ibu Linda bangun duduk dan membelakangi aku.
Aku letakkan kedua tapak tanganku di bahunya, aku pijit lembut. Aku pijit dan urut sekitar bahunya dengan pelan. Sesekali aku pijit pangkal lehernya hingga ke bahu.
"Mmmmm ..... mmmmm ......" suara rintihan Ibu Linda lembut
kedengaran.
Aku terus mengurut, hingga ke bagian punggungnya. Aku alurkan jari aku ke tengah punggungnya. Ibu Linda merintih manja. Sesekali aku arahkan tanganku ke bawah ketiaknya hingga ke pangkal buah dadanya. Setelah itu, aku urutkan lagi sekitar
bahu dan lehernya.
Rambutnya yang ikal itu aku belai serta lehernya aku usapkan dengan lembut. Harum badannya menusuk hidung, membangkitkan nafsuku.
"Ahhh ..... mmmmmm ...."
Aku sudah ngaceng berat. Batangku aku tempelkan ketubuhnya, menusuk pantatnya. Aku tahu dia tahu, tapi tetap acuh. Aku sudah tak tahan lagi. Aku coba arahkan tanganku ke pangkal buah dadanya melalui atas. Sambil aku memijit-mijit bahu depannya, aku turun sedikit hingga ke pangkal buah dada. Dari atas jelas kelihatan bayangan buah dada dalam baju tidurnya yang agak jarang itu.
Aku arahkan lagi tanganku ke bahu. Kemudian turun lagi memegang buah dadanya. Sentuh saja sedikit, aku terus arahkan kembali ke bahu. Ternyata Ibu Linda tak melarang saat aku menyentuh buah dadanya. Aku coba lagi. Aku sentuh lagi, kali ini agak lama. Masih tidak menunjukkan respon negatif. Hanya kedengaran suara desisan manjanya saja bila diperlakukan demikian.
Aku coba lagi. Aku pegang dan remas buah dadanya dengan lembut. Kali ini aku nekat, jari ku memilin putingnya.
"Hei ! jangan begitu" larangnya, tapi suaranya tidak begitu kuat. Kelihatannya tidak sungguh-sungguh. Tapi aku terus menarik tanganku dari dalam dasternya. "You urut my whole body" pintanya sambil meniarapkan badan.
Sekujur tubuh yang seksi telungkup di hadapan ku. Kemaluanku makin tegang. Dengan daster yang transparan itu, menampakkan seluruh bentuk tubuhnya yang menggiurkan. Pantatnya yang montok, pinggangnya yang ramping dengan kulitnya yang cerah membuatkan nafsuku bangkit.
Tanpa buang waktu, aku letakkan kedua tapak tanganku di bahunya. Lalu aku usap, aku urutkan ke bawah. Punggungnya kuusap dan kugosok lembut. Pinggangnya aku pegang sepuasnya, sambil aku pijit pelan. Ibu Linda meliuk kegelian sambil
mendesis lembut. Kadang-kadang tanganku liar menjalar sampai ke pantat montoknya, aku raba dan aku remas lembut, tapi Ibu Linda tidak menunjukkan tanda marah. Kali ini aku terus meremas pantatnya yang dibaluti daster, tetapi terasa kekenyalannya karena dia tak pakai celana dalam. Enak betul meremas pantat bahenol wanita ini.
Setelah agak lama aku mengurut dan meraba badannya, aku coba untuk menarik dasternya ke bawah. Pelan-lahan sambil mengurut, aku tarik dasternya ke bawah. Tanpa perlawanan, malah Ibu Linda meluruskan tangannya untuk memudahkan daster itu ditarik. Seakan mendapat angin, aku pun menarik daster hingga
ke pantat. Terpampanglah bagian punggung yang putih yang mulus itu. Sekali lagi tapak tangan aku menjalar ke seluruh
punggungnya. Suara rintihan wanita Cina itu semakin terdengar.
"Ahh ..... mmmm ..... mmmmm....."
Aku terus meraba badannya, hingga ke pantat aku remas dengan lembut. Kadang jari-jari aku terbebas masuk ke dalam
dasternya, terasa akan kemulusan dan kemontokan pantatnya saat aku begitukan. Rintihan dan desisan manjanya itu membuatkan aku semakin berani, aku terus tarik dasternya ke kaki pelan-lahan. Tetap tak ada perlawanan, malah pantatnya diangkatnya sedikit agar mudah bagi aku melepaskan pakaiannya. Aku aku lemparkan pakaian itu ke sisi kasur. Wah, sekujur
tubuh tanpa sehelai benang kini telungkup di hadapanku. Jelas kelihatan bentuk tubuhnya yang bohai yang telah lama aku impikan itu. Aku lihat mata Ibu Linda terpejam, mungkin menanti tindakan berikuttnya dariku.
Badannya yang mulus itu aku raba dan urut dengan pelan atas ke bawah hingga melewati pinggangnya. Pantatnya yang tidak dibaluti pakaian itu aku remas dengan lembut. Aku pijit-pijit,
aku remas-remas ke seluruh tubuh yang telanjang itu.
Kemaluanku sudah keras sekali. Aku tak tahan lagi, aku terus
buka baju. Sambil aku meraba dan menggosok seluruh tubuhnya, aku coba mendekatkan mulutku ke badannya, aku dapat menghirup harum tubuhnya. Pelan-lahan bibirku nempel kebadannya. Kukecup dengan lembut. Ibu Linda mendesis lembut. Aku kecup lagi, dan terus aku melarikan ciuman ke seluruh punggungnya. Kadang-kala aku jilat sedikit. Aku arahkan mulutku hingga ke pantat.
Pantat itu aku cium dan aku kecup, sambil tangan meneruskan rabaan, suara rintihannya makin jelas.
Saat aku hendak mencium celah pantatnya, tiba-tiba Ibu Linda
bangun duduk dan menjuntaikan kakinya ke tepi kasur. Aku terpaksa bangun dan berdiri di atas karpet. Ibu Linda kini
duduk menghadap aku dengan tubuh telanjang memerhatikan aku yang berdiri dihadapannya sambil mengelus kemaluan yang menegang dari luar celana training yang masih aku pakai. Aku dapat melihat tubuhnya dari arah depan, dari buah dadanya yang besar dan padat itu, aku lihat putingnya yang menegang. Putih, halus, mulus dan bagus sekali badannya.
Ketika aku masih ter-bengong-bengong, tiba-tiba tangan
kanannya memegang kemaluanku. Aku tersentak dan terus mundur sedikit ke belakang. Ibu Linda menarik celana training aku kearahnya. Sekali lagi kemaluanku dipegang, aku tak bisa mengindar lagi. Ibu Linda menggenggam batangku dan menggosok dengan lembut. Aku semakin terangsang. Pelan-lahan dia menarik celanaku ke bawah, aku membiarkan saja celanaku dicopot. Aku kini bercelana dalam saja, ujung kemaluanku tampak basah
sedikit. Dia terus mengusap batangku. Sambil tersenyum, dia melepaskan celana dalamku, dan tampaklah batang kemaluanku dihadapannya. Dia tampak kagum melihatnya.
Terasa kelembutan jari jemarinya mengusap dan membelai batang kemaluanku. Diusap dan diurutnya keatas dan kebawah. Terasa mau tercabut batang kemaluanku diperlakukan seperti itu. Aku hanya mendesis geli sambil mendongakkan kepala menahan nikmat yang luar biasa.
Tiba-tiba, aku terasa kehangatan dan basah di batang
kemaluanku. Aku tunduk dan dapati batang kemaluanku ada didalam mulut Ibu Linda. Dia mengulum batangku dan memainkan dengan lidahnya, aku terasa geli dan rasa mau keluar. Aku berusaha agar tidak cepat keluar. Ibu Linda menghisap batangku dengan rakus.
"Ahhh.......mmmmm........" aku mengerang keenakan.
Sampai ke pangkal dia kulum, sambil matanya terpejam, hanya kadang-kadang membuka saat dia memandang ke arahku. Aku meremas rambutnya dan sorongkan kemaluanku ke mulutnya. Terasa hujung kemaluanku gulat dalam mulutnya saat aku dorong sedalam-dalamnya. Habis batangku dijilatnya.
Batangku diperlakukan seperti eskrim, dijilat dengan rakus.
Biji akupun diremas lembut sambil menjilat batang kemaluanku. Setelah itu, dia genggam kemaluanku saat bijiku dikulum dan dijilat. Aku terasa mau meledak saat itu, sedap tak terkira,
hanya suara aku yang mengerang keenakan.
Kemudian, Ibu Linda berhenti. Dia bangun dan berdiri menghadap aku, kami berhadapan. Terasa kehangatan tubuh kami di kamar itu. Aku memerhatikannya atas bawah sambil tersenyum, dia juga demikian. Mata kami bertatapan, tiada kata-kata yang keluar.
Aku rapatkan badanku ke arahnya, sambil kedua tanganku melingkar pinggangnya. Aku rangkul dan tarik rapat ke tubuhku. Ibu Linda juga memeluk leher dan badanku. Kami semakin rapat, dan aku terus memeluknya. Terdengar suara mendesis kami berdua. Aku rangkul penuh kasih sayang dengan tangan kami meraba ke seluruh punggung. Aku eratkan pelukan, kemaluanku menusuk-nusuk perutnya. Aku pegang pantatnya dan dorong serapat-rapat ke arah tubuhku. Aku rasa sungguh bahagia, pertama kali melakukan ini dengan seorang wanita Cina yang cantik rupawan, yeng telah lama menjadi impianku.
Kami saling menatap agak lama. Lehernya aku cium, aku kecup. Begitu juga dengan Ibu Linda, dia juga memberikan kerjasama dalam pelukan ini, leherku dikecupnya juga. Kami saling mendesis keenakan berselang seling sambil meneruskan pelukan dan rabaan ke seluruh badan.
Kami berpandangan, mata saling menatap, bibir semakin rapat, dan rapat. Lekatlah bibirku dengan bibir wanita itu. Ibu Linda pandai dalam berciuman. Dialah yang menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku. Aku terus menghisap lidahnya. Lidah aku juga hisap dengan lembut saat aku menjulurkan ke dalam mulutnya. Lidah kami saling bertautan mesra dan pelukan makin rapat. Ibu Linda terpaksa menjinjitkan kakinya sedikit saat aku menyedot dengan kuat lidahnya.
Pelan-lahan, aku membaringkan Ibu Linda ke atas kasur. Buah dadanya yang besar itu langsung bergetar saat tubuhnya menyentuh kasur. Tangannya masih dilingkarkan di bahuku. Kami masih saling berkecupan. Aku menindih Ibu Linda sambil meneruskan pelukan. Ciumanku, aku arahkan ke lehernya, kemudian terus hingga ke buah dadanya. Aku hisap dan gigit putingnya, bergantian, kiri dan kanan. Ibu Linda menggeliat keenakan. Aku hisap semaunya, dengan ditingkahi oleh rintihan Ibu Linda.
Aku terus mencium, kini bagian pusarnya aku jilat. Aku turun lagi, hingga ke pangkal vaginanya. Kemudian, aku berhenti, aku lihat kemaluannya, agak merah, dihiasi dengan bulu-bulu halus
yang tersusun rapi. Kelihatan kelentitnya yang merah bergerak-gerak pelan. Vaginanya kelihatan basah, berair, aku jadi nafsu, terus aku ulurkan jari aku ke kemaluannya. Aku
usap dengan lembut bibir kemaluannya. Ibu Linda mengerang enak sambil menggerak-gerakkan pantatnya. Aku mainkan kemaluannya, kelentitnya aku gigit pelahan, dan terangkat pantatnya menahan kesedapan itu.
Kelentitnya aku mainkan dengan lidah, berulang-kali, tiba-tiba tubuh Ibu Linda mengejang dan lidah dan bibirku terasa basah.
"Ahhhhhh ........ hhhhhhhhhh ............"
Rupa-rupanya Ibu Linda sudah klimaks. Aku berhenti menjilat dan usapkan bibirku dengan sprei kasurnya. Aku memainkan jariku di vaginanya. Aku masukkan sedikit, dia mengerang. Aku tusuk dan tarik lagi, dia mengerang makin kuat, suara yang menaikkan nafsuku.
Tubuhnya aku baringkan, lalu aku mendekapnya. Lubang kemaluannya sudah basah. Aku julurkan ujung kemaluanku bermain-main di sekitar bibir vaginanya. Dia makin mengerang kuat.
"Please ... ssss ........" pinta Ibu Linda dengan suara yang
tersendat-sendat sambil memegang erat leherku.
Ujung kemaluanku yang basah lekat dengan vaginanya yang berair itu membuatkan aku makin nafsu. Pelan-lahan aku tusuk vaginanya. Terasa sempit, Sulit juga untuk diterobos, mungkin jarang digunakan. Ibu Linda menjerit kecil sambil mengeratkan lagi rangkulannya.
"Arghhhhh.....hhhhhh..........."
Batang kemaluanku, aku benamkan dalam dalam, sampai habis. Aku membiarkannya berendam dalam lubang nikmat itu sambil kami
terus berkecupan. Setelah itu, dengan pelan aku angkat dan tusuk kembali. Suara rintihannya memberi semangat ayunanku. Aku genjot lagi, mata aku terpejam menahan kenikmatan yang luar biasa ini.
Setelah puas dengan posisi itu, aku angkat Ibu Linda sambil
aku duduk bersila. Kemudian, aku dorong agar vaginanya ke arah batangku. Ibu Linda ku dudukkan atas batangku. Kini dia yang melakukan gerakan. Ibu Linda mengayuh tubuhnya atas bawah
sambil mengerang dengan tanganku memeluk tubuhnya. Suara kami seolah bersautan mengerang keenakan. Aku lonjorkan kaki dan membaringkan badan dengan Ibu Linda masih berada di atas. Aku rasa batangku agak sakit, seperti mau patah. Kemudian aku
kembali ke posisi seperti tadi. Sekali lagi tubuh Ibu Linda mengejang, klimaksnya datang lagi, terasa basah batang ku didalam vaginanya.
Aku telungkupkan Bu Linda dan aku angkat pinggangnya, nungging sedikit. Kelihatan lubang vaginanya yang basah menanti
batangku. Aku terus sorongkan batang kemaluanku ke dalam vaginanya dari arah belakang. Terasa sedikit sempit. Aku
dayung dengan lembut dan makin laju. Rintihannya berselang seling dengan suaraku yang mengerang keenakan. Sambil menusuk, aku mainkan teteknya, putingnya aku pilin-pilin sampai aku merasa hendak keluar, lalu aku cabut kontolku. Aku menelentangkannya lagi dan kami berpelukan lagi. Aku mengistirahatkan kontolku sebentar agar tidak keluar.
Ketika sudah kembali terkontrol, aku kembali dorong kontolku ke lubang vaginanya. Aku dayung dengan laju, makin laju dan terasa dihujung kontolku seperti gunung berapi yang hendak
memuntahkan lavanya, dan .......
"Arrrggghhhhh ........"
Satu letupan air mani menerjang ke dasar vagina Ibu Linda
diikuti jeritan kenikmatan yang maksimum keluar dari mulut Ibu Linda dengan keadaan tubuh yang kejang. Rupa-rupanya, kami mencapai klimaks bersama. Terasa kebasahan di dalam vaginanya, air maniku berpadu dengan air maninya. Aku biarkan kontolku terendam di situ buat sementara. Peluh yang memercik telah membasahi badan kami. Aku keletihan, begitu juga dengan Ibu Linda, kami terkapar bersama di pulau impian setelah berdayung di lautan berahi yang bergelora.
Pelan-lahan, matanya dibuka. Aku pandang dan renung jauh di dalam matanya. Terpancar kebahagiaan dan kepuasan di wajahnya. Aku juga begitu. Kami berkecupan tanda berterima kasih atas kerjasama dalam mendapat mendapatkan kepuasan seksual. Aku cabut kemaluanku dan berbaring di sebelahnya. Nafas turun naik dengan kencang.
Ibu Linda merapatkan tubuhnya ke arahku. Dia meletakkan kepalanya atas lenganku sambil tangan kanannya memeluk badanku. Jarinya memilin-milin putingku. Aku rasa geli, tapi
enak. Kemudian, tangannya lari dan memegang batang ku yang lembek dan basah itu. Diusap dan dibelainya dengan penuh manja. Aku biarkan saja, sambil membelai rambutnya. Dahinya aku kecup mesra.
Malam itu, kami tidur bersama dalam keadaan telanjang dan berpelukan. Nyenyak karena telah mengarungi lautan asmara bersama.
Subuh itu, aku terjaga dengan semangat baru. Kemaluanku
kembali ngaceng sengaceng-ngacengnya. Ibu Linda aku bangunkan, ternyata diapun menginginkannya. Dan sekali lagi kami belayar bersama ke pulau impian lagi. Akhirnya terdampar juga di
pantai pulau impian itu dengan sukses. Untuk kedua kalinya air maniku disemprotkan ke dalam lubuk kenikmatan yang tak ada tandingannya.
Setelah pagi, kami bangun. Aku mengenakan kembali pakaian dan membasuh muka. Ibu Linda memakai kembali dasternya dan terus ke bawah. Saat aku turun, telah terhidang dua cangkir teh di
atas meja. Kami mimum dan aku meminta diri untuk pulang.
Di muka pintu, sebelum pulang, Ibu Linda memberikan kecupan ke bibirku, dan mengingatkan aku agar datang lagi malam ini. Aku
angguk sambil tersenyum penuh arti....
Masih ada lagi 5 malam sebelum suami Ibu Linda pulang. Setiap malam akan kumanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendapatkan kenikmatan yang tiada tara ini. Dan selama 5 malam itulah aku memiliki kesempatan menggauili isterinya dengan berbagai gaya sepuas-puas-nya.
Aku tidak lagi tidur di kamar tamu, tetapi di kamar Ibu Linda. Kami tidur bersama, bertelanjang sepanjang malam seperti suami isteri. Ibu Linda menyukai pelayananku. Selama itu, kami telah melakukan hubungan berbelas kali. Bukan hanya di dalam kamar, malah di dalam kamar mandi juga. Ada kalanya kami bercinta
saat mandi bersama di waktu malam atau pagi. Aku rasa sungguh bahagia selama berada di rumahnya. Jessica tidak tahu mengenai hubungan ibunya dengan aku. Walau pun dia tahu aku bermalam di rumahnya, tapi dia tak tahu yang aku bermalam di kamar ibunya.
Teknik bercinta kami perdalam, setiap posisi akan kami coba. Kami sudah tak pilih tempat, asalkan aman, kami melakukannya.
Sesaat mandi bersama, dia akan menggosok badanku dengan sabun, serta dikocoknya kontolku. Aku juga menyabun ke seluruh
anggota badannya. Selepas itu, lubang vaginanya menjadi sasaran kontolku, kami melakukan sambil berdiri. Jika tidak orang di rumah, kami akan bertelanjang sepanjang hari, baik di ruang tamu maupun di dapur. Kami benar-benar senang berkelakuan sperti itu.
Pernah sekali Ibu Linda meminta aku semprotkan air mani ke mulutnya seperti yang pernah kami lihat di DVD , tetapi dia terus muntah. Mungkin belum biasa. Tapi untuk kedua kali dan selanjutnya, Ibu Linda tidak lagi muntah saat aku menyemprotkan air mani ke dalam mulutnya, dia akan langsung menelannya kemudian dia terus menjilatnya air mani yang tersisa di-kontolku hingga kering.
Aku semakin tau suami Ibu Linda jarang bersama dengan Ibu Linda karena terlalu sibuk. "Pantas lubang vaginanya masih sempit" bisik hatiku. Ini diakui sendiri olehnya. Sebab itulah
Ibu Linda merelakan dirinya disetubuhi karena sudah lama lubangnya tak dimasuki oleh kontol lelaki serta dibanjiri
dengan air mani yang hangat. Ibu Linda juga memberitahu dia sebenarnya gembira saat tau suaminya akan dinas luar selama beberapa hari dan aku akan menemaninya selama suaminya pergi. Jadi kesempatan itu tidak disia-siakannya, Ibu Linda sengaja mencari jalan agar dapat bercinta denganku. Rupanya, Ibu Linda sengaja ber-pura-pura jatuh ditangga untuk memancing aku.
Aku juga bertanya tentang resiko karena aku telah memuntahkan air maniku ke-vaginanya. Aku takut dia hamil nanti. Tetapi Ibu Linda menjelaskan yang dia secara teratur mengkonsumsi pil KB. Lega hatiku mendengar jawabannya.
Setelah dia memberitahu rahasianya, aku juga menyatakan kalau aku sudah lama menginginkan dirinya. Kukatakan jika dapat bersentuhanpun sudah lumayan, tapi ketika kesempatan untuk aku bersama dengannya terbuka luas, aku wujudkan impian aku. Kemudian, kami ketawa bersama. Tidak sia-sialah aku telat pulang ke kampung untuk menemaninya.
Malam ini malam terakhir aku menemaninya. Kami bercinta sepanjang malam, sampai kelelahan. Besok aku akan pulang ke kampung, dan suaminya akan datang dan akan tidur bersama dengan ibu Linda, jadi kami bercinta sepuas-puasnya. Bisa dikatakan kami tak tidur malam itu.
Keesokan paginya, aku pulang. Sebelum pulang, Ibu Linda mengucapkan terima kasih karena aku telah bersedia menemaninya
selama suaminya tidak ada Aku juga mengucapkan terima kasih atas layanan yang diberikan. Ibu Linda menyatakan bahwa dia sangat puas dengan hubungan kami ini, tidak pernah dia mendapat kepuasan seperti itu dari suaminya. Jauh di sudut
hatiku, aku bangga karena dapat membantunya mencapai kepuasan yang diharapkannya.
Tengah hari itu, suaminya pulang dan aku dalam perjalanan pulang ke kampung menghabiskan liburan sekolah.
Hubunganku dengan Ibu Linda tetap berjalan setelah tahun ajaran baru. Aku tidak memberi les lagi ke-Jessica karena kebetulan sekarang aku menjadi guru kelas Jessica dan sekolah kami melarang guru kelas memberi les kepada murid kelasnya sendiri. Kesempatan untuk tetap berhubungan timbul dengan diikutkannya Jessica ke-sanggar melukis bersama Cindy yang masih terhitung tetangganya. Saat Jessica berangkat bersama Cindy dengan diantar supir Cindy aku sudah siap masuk rumah untuk bercinta dengan Ibu Linda. Seringkali Jessica dijinkan untuk langsung ke-Bintaro Plaza untuk jajan bersama Cindy sehingga waktu kami menjadi lebih panjang. Pernah ketika Jessica pulang aku masih dikamar, terpaksa aku sembunyi dulu sampai Jessica mandi. Sayangnya sampai saat ini suami Ibu Linda belum dapat tugas keluar lagi.