Wednesday, October 14, 2009

Shima Jurujual Kosmetik

Pagi ini aku duduk di depan rumah ketika tiba-tiba lalu di depanku Shima, seorang awek yang bekerja sebagai penjual kosmetik di sebuah supermarket. Ia tersenyum manis melihatku, aku hanya mengangguk saja ketika ia menyapaku. Padahal sebenarnya aku sangat tertarik sekali kepadanya. Shimaa benar-benar awek yang seksi sekali, badannya tidak terlalu tinggi, tetapi kulitnya putih dan montok. Keberaniannya untuk memakai skirt mini membuatku selalu ingin mengetahui apa yang ada di balik skirtnya yang sangat singkat itu. Namun semuanya hanya menjadi lamunanku saja, karena selama ini kami hanya bertegur sapa di jalan saja. Namun saat ini, ketika isteriku tidak di rumah dan keadaan benar-benar sepi, keberanianku mendadak muncul.
Saat itu Shima yang sudah berjalan agak jauh melewati rumahku aku kejar dan aku panggil, dia menoleh. Mulanya dia agak ragu, namun ketika aku memanggilnya lagi, ia segera kembali kepadaku. Di depan pintu pagar ia bertanya sopan.
"Ada apa Yus, kenapa dipanggil".
Aku hanya tersenyum dan membalasnya, "Masuk kerja pukul berapa..., singgah sebentar ".
Saat itu memang dia sudah sangat rapi dan cantik sekali, wajahnya yang putih tidak terlalu kena make up namun masih memancarkan keseksiannya kerana skirt mini serta blouse yang dipakainya. Dia tersenyum dan mengatakan memang dia bertolak agak awal karena nak singgah ke rumah temannya untuk suatu barang.
Aku mempersilakan dia masuk dan dia menurut saja, bahkan dia tanya, "Kak Yani dimana..., sunyi aje..", Aku jawab sambil lewa yang isteriku balik kampung. Kulihat dia hanya mengangguk-angguk saja, kemudian dia aku pelawa duduk di atas sofa di ruang
tamu. "Duduk di sini aje.....selesa sikit, nanti Yus salin pakaian kejap." Dia segera duduk
disofa sambil tangannya mengambil majalah yang ada di situ. Aku jadi agak senang, karena majalah yang diambilnya itu adalah majalah porno yang aku dapat dari luar negeri. Di dalam aku segera mengganti pijamaku dengan kemeja dan seluar pendek tanpa seluar dalam, karena aku berniat memanfaatkan saat ini untuk menikmati tubuhnya yang seksi itu.
Ketika aku keluar, kulihat dia masih asyik memperhatikan majalah porno itu, dari belakang kuperhatikan gambar apa yang menjadi perhatiannya, ternyata gambar awek yang sedang dijilati vaginanya. Dengan bergaya tidak tahu aku segera duduk di depannya.
Shima tertawa menyeringai sambil berkata: "Aduh Yus majalahnya bagus sekali ya". Aku tidak menjawab, tetapi aku hanya tersenyum saja. Aku membuka perbualan dengan menanyakan di mana dia bekerja sebenarnya, lalu produk apa saja yang boleh aku pakai dari perbualan itu aku tahu yang dia bekerja di Sarinah di counter kosmetik mewah untuk lelaki. Dalam sekejap aku sudah menghabiskan RM800 untuk memesan kosmetik daripada dia. Shima sangat senang karena aku begitu boros membelanjakan RMku untuk kosmetik itu, entah disengaja entah tidak, duduknya mulai tidak rapi sehingga pahanya agak renggang. Saat itu aku sekilas melihat seluar dalamnya yang berwarna kuning, penisku terus bergetar karena pemandangan yang indah itu.
Ketika kurasakan sudah cukup aku membuat dia masuk dalam perangkapku, akupun mulai melaksanakan rancangan yang aku plan dari mula lagi. "Shima, kamu suka berenang tak?, Dia menjawab spontan.., suka sekali Yus, kenapa ya? Aku menjawab lagi, "Bukan apa, Yus ada baju renang yang bagus sekali yang Yus beli di Amerika, tetapi Kak yani kau tidak berani memakainya, kamu nak cuba ya?". "Boleh juga Yus, asalkan Kak Yani tidak marah kan?".
Aku segera mengambil pakaian renang yang aku maksudkan itu, memang aku pernah membeli beberapa baju renang yang seksi dan diberikan kepada beberapa teman wanitaku yang berani memakainya, waktu itu aku masih mempunyai beberapa helai dan kupilih yang paling seksi buat Shima. Meskipun pakaian renang ini bukan bikini, tetapi potongannya benar-benar akan membuat tubuh yang memakainya jadi menonjolkan keseksiannya.
Ketika kutunjukkan pada Shima, matanya terbeliak.., "Cantik sekali Yus, tetapi ini pasti mahal sekali harganya".
Aku hanya mengangguk kataku, "Biar mahal kalau yang memakai cantik kan jadi tambah seksi. Kalau Shima tidak keberatan, Yus ingin melihat Shima pakai pakaian renang ini... boleh kan?"
Shima mulanya agak ragu-ragu mendengar tawaranku itu, tetapi akhirnya dia bertanya, dimana saya boleh cuba Yus. Di sana saja di ruang tamu, aku sengaja menunjuk ke dalam ruang tamuku. "Yus tunggu disini ya", katanya. Aku hanya mengangguk dan Shima masuk ke ruang tamuku untuk mencoba pakaian renang itu. Aku menahan diriku untuk tidak masuk ke dalam melihat Shima bersalin, karena aku bimbang dia terlepas dari perangkapku itu. Dengan hati berdebar-debar aku menunggunya keluar, namun ternyata ia tidak kunjung keluar juga.
Tiba-tiba kudengar Shima memanggilku, "Yus, Yus ke sini saja Shima malu keluar". Aku tergesa-gesa masuk ke ruang tamuku. Kulihat pakaian Shima berselerakan di lantai sementara tubuhnya sudah dibalut pakaian renang yang aku berikan itu. Benar-benar sesuai buat Shima, buah dadanya yang besar itu menggantung manja di balik pakaian renang itu dan dari tepi sebagian buah dadanya menyembul keluar. Secara tiba-tiba Shima mengangkat kedua tangannya untuk membetulkan rambutnya yang kusut, saat itu aku melihat kerimbunan bulu ketiaknya. penisku langsung tegak penuh melihat ketiak Shima itu, Tetapi aku masih coba menahan nafsuku dulu, dengan tenang kutarik ia keluar ruang tamuku.
"Di sini lebih jelas Shima, kan pakaian renang memakainya di luar... bukan di dalam". Ia hanya tertawa tetapi menurut saja ketika kutarik itu. Diluar kubiarkan ia berdiri sambil bersandar ditembok sementara mataku menatap keindahan tubuhnya yang hanya dilapisi pakaian renang itu. Ternyata pakaian renang itu tidak dapat menyembunyikan puting susunya yang tampak menonjol itu dan juga potongannya yang berani menyebabkan sebagian bulu kemaluan Shima yang hitam keriting itu keluar di sisi paha tanpa disedari oleh pemiliknya.
Aku tertawa sambil berkata, "Aduh Shima..., bulu cicapmu luar biasa ya..., sampai keluar semua tuh!". Shima agak terkejut dan melihat kearah yang kutunjuk, tangannya berusaha menutupi bagian itu tetapi aku segera mendekatinya dan kupegang bahunya sambil bertanya lagi.
"Memangnya lebat ya Ma... sampai keluar semua".
Shima menjawab biasa saja, "Habis pakaian renangnya sendat jadi bulu tumesti dicukur sedikit barulah tidak keluar semua". Aku jawab kembali, "Cukuplah... tukarlah pakaian tu balik".
Kalau tadi aku tidak mengikuti ketika Shima mencuba pakaian renang, tapi kali ini aku ikut masuk sama dan menunggunya mengganti pakaian. Shima berkata, "Kenapa Yus ikut..., Yus keluar dulu sebab Shima nak salin nih", katanya manja. Aku diam saja,
"Sama saja sama ada Shima telanjang atau pakai pakaian renang nih....Yus sudah dapat
membayangkan bagaimana kalau Shima bogel". Shima memang berani sambil menyeringai dia segera melepas pakaian renang itu semuanya sehingga tubuhnya jadi telanjang bulat. Mataku terbeliak melihat buah dadanya yang montok dan bulu vaginanya yang lebat itu, benar-benar di luar ukuran, super lebat dan cantik sekali.
Aku sudah tak tahan lagi dengan segera aku berdiri dan mendekati Shima, kuramas payudaranya dan kucium bibirnya. Shima hanya pasrah saja, tanpa tunggu arahan lagi seluarku dilepaskan dan kusuruh Shima memegang penisku. Shima langsung menggenggamnya dengan halus, aku yang sudah bernafsu segera menarik Shima pelanpelan ke sofa sambil tetap berciuman dan Shima masih menggenggam penisku. Ketika aku sudah berhasil duduk di sofa, kusuruh Siska duduk di pangkuanku dan kuletakkan penisku di bibir vaginanya. Dengan sekali tekan, penisku masuk ke dalam vagina Shima.
Ternyata Shima memang betul-betul sudah tidak dara, tetapi vaginanya masih terasa ketat..., mungkin masih jarang dipakai. Gerakan pantat Shima cepat sekali naik turun sementara ia mencium dan memelukku erat-erat. Kurasakan hangatnya liang vagina Shima yang masih ketat itu, geseran buah dadanya di dadaku membuatku makin bernafsu. Merasakan ganasnya Shima yang menduduki penisku, aku kuatir kalau aku akan cepat pancut, dengan tergesa gesa kutolak Shima sehingga ia berdiri dan terlepaslah penisku dari lubang vaginanya.
Aku mendudukkan dia di atas sofa dan kuangkat kakinya keatas sehingga membuat vaginanya terkuak lebar dengan bibirnya yang berwarna merah muda sudah mulai berkilat oleh lendir dari vaginanya sendiri. Terus saja lidahku menjilat kelentit Shima yang membengkak seperti kacang tanah itu. Shima menggeliat sambil merintih, bulu vaginanya yang lebat kusisihkan ke tepi sehingga lidahku makin senang menyusuri tepi bibir vagina Shima untuk kemudian lidahku dimasukkan ke liang vaginanya yang ternganga itu. Shima betul-betul tidak tahan dengan jilatanku ini, tangannya meramasramas payudaranya sendiri, sedang mulutnya merintih-rintih.
Ketika kulihat lendir vagina Shima sudah membanjir, aku berdiri untuk segera menyetubuhi Shima, saat itu tiba-tiba saja Shima menangkap penisku dan terus di masukkannya ke dalam mulutnya, dihisapnya penisku kuat kuat. Kuluman Shima tidak
terlalu nikmat, tetapi aku tertegun melihat Shima yang begitu rakus. Aku memuaskan mataku dengan pemandangan yang indah sekali buah dada Siska berjuntai montok dan kenyal sementara bibirnya yang dipulas lipstick tipis mengulum penisku. Tak tahan dengan semua ini segera kucabut penisku dari bibir Shima dan kutolak Shima hingga terbaring, pelan-pelan kuletakkan penisku di bibir vaginanya yang berbulu lebat itu, Shima membantuku dengan menyelakkan bulu vaginanya serta menguakkan vaginanya, pelan-pelan aku menusukkan penisku untuk merasakan liang vagina Shima yang hangat itu sampai akhirnya penisku mencapai dasar vagina Shma. Shima mengangkat kakinya tinggi tinggi dan pantatnya mulai diputar ke kiri dan berganti ke kanan. Aku tidak sempat merojokkan penisku, karena goyangan Siska yang liar itu membuat aku tidak mampu menahan rasa nikmat yang luar biasa ini, aku hanya mampu menghisap puting susunya sementara air maniku menyembur keluar oleh sedotan dan goyangan Shima itu. Aku tahu kalau Shima belum mencapai kepuasan, tetapi aku tidak peduli, yang penting aku puas dan aku sudah membayarnya.
Benar saja, setelah beberapa lama aku terhanyut oleh rasa nikmat yang diberikannya, Shima segera mendorongku dan mengatakan dia mesti pergi segera, dan meminta izin untuk mandi dahulu. Aku hanya mengiakan apa yang diminta Shima, rasanya aku masih terbius oleh semua ini. Satu kalimat yang aku pesankan pada Shima, singgahlah selalu, pasti ada bonus yang menarik untuknya bila selalu membuatku puas seperti pagi ini.